Thursday 24 March 2011

Masam Jing oh Masam Jing



Setelah sekian lama saya berada diperantauan, berkutat dengan bermcam kegiatan yang terkadang bersifat monoton yang membuat sedikit jenuh untuk terus berada dalam lingkungan yang sedang kujalani tersebut. Akhirnya kesempatan untuk berlibur kudapatkan juga yang pasti terfikir dibenak pertama sekali adalah mudik, bahkan dalam waktu-waktu ini kurasakan sepertinya dunia berputar semakin lambat, bahkan jarum jam dinding bergerak semakin lama dari biasanya. Kerinduan akan sanak famili semakin begitu kuat mendorong dari dalam jiwa terutama makanan istimewanya yang memang sudah sangat lama tidak menari diatas lidah. Perjalanan pulang kampung saya kali ini memang sengaja saya niatkan mencari makanan khas yang enak yang sudah lama tidak saya rasakan.

Dari sebuah bandara internasional negara tetangga saya lasung menuju ke Bandara Polonia Medan, lalu dilanjutkan dengan perjalanan naik bus antar provinsi langsung menuju Takengon Aceh Tengah. Jarak tempuh Medan - Takengon kurang lebih 10 jam. Awalnya saya berkeinginan melakukan perjalanan siang dengan harapan dapat menikmati panorama alam disepanjang perjalanan saya, tetapi karena bus yang tersedia hanya melakukan perjalan diwaktu malam, maka saya memutuskan untuk beristirahat saja didalam bus.

Kira-kira menjelang jam 6 pagi akhirnya sampai juga di terminal kota Takengon, udara segar dan hawa sejuknya terasa menggigit tulang kurasakan melebihi sejuknya udara yang dikeluarkan oleh airconditioner bus. Kabut masih menyelimuti kota kecil dataran tinggi ini yang perlahan-lahan pergi seiring dengan tersenyumnya mentari pagi. Sambil memandang sekeliling,pertama sekali terlihat adalah sebuah warung kecil yang menyediakan sarapan pagi. Dikarenakan dinginnya cuaca saya Cuma berfikir untuk menikmati secangkir kopi arabika asli daerah ini, yang konon katanya rasanya melebihi kopi starbuck yang terkenal itu. Sambil menunggu racikan kopi istimewa yang saya pesan selesai, aroma pulut panggang sudah kembali menggugah rasa lapar...hmmm secangkir kopi plus pulut panggang nikmat juga.

Pulut panggang  merupakan makanan ringan masyarakat Aceh yang biasa disajikan dengan kopi atau teh, yang dibuat dari beras ketan dicampur dengan santan dari kelapa yang telah tua. Pulut panggang dibungkus menggunakan daun pisang lalu dipanggang dibara dengan suhu yang teratur hingga matang. Sebelum dipanggang diatas bara, pulut terlebih dulu dukukus hingga setengah matang baru di panggang. Rasa pulut manis dan gurih ditambah harum bau daun pisang, biasa dimakan begitu saja atau dimakan dengan sri kaya atau juga sering dimakan dengan durian, makanan ini bisa dijumpai dihampir seluruh Aceh.
Setelah puas menikmati suguhan kecil dipagi yang sejuk, isteri dan dua bidadariku datang menjemput dengan senyuman khas mereka apalagi sibungsu yang masih cedal dalam mengucapkan kata perkata. Sepanjang perjalanan pulang saya meminta isteri untuk dibuatkan makanan favorit yang memang telah lama saya rindukan yaitu ASAM JING IKAN DEPIK. Tanpa tedeng aling-aling istri langung membelokan stir mobilnya menuju pasar bawah Takengon untuk membeli Ikan depik ciri khas danau Laut Tawar dan ikan mujahir serta campuran pelengkap lainnya seperti kunyit, cabe, asam jantar (jeruk yang berasa seperti cuka), dedemir (jamur), Terpuk (kincung), dan bahan-bahan lainnya yang telah tersedia dipasar ini.

Akhirnya sampai juga saya diistana kecil yang telah kami tempati selama 8 tahun dalam suka dan duka. Tak berapa lama kemudian aroma masakan tersebut mulai menusuk hidung serta membangkitkan rasa lapar untuk segera menyantapnya. Dalam waktu tak lebih dari satu jam masakan tersebut telah tersedia diatas bale-bale dihidangkan didalam kuali tanah.
Ditambah dengan Cecah Agur (terong belanda) dengan rasa empan dan sedikit pedas serta sayur rebus pucuk Labu Jipang. Bahan cecah agur ini sangat mudah ditemui didaerah pegunungan terutama di dataran tinggi gayo. Cara mengolahnyapun tidak terlalu rumit, terong belanda yang sudah matang dikupas dan dihaluskan dengan ulekan dan ditambah dengan bawang merah, cabe merah, dan sedikit garam, dengan menambahkan empan dan gegarang menambah nilai plus karena rasanya seperti aroma mint yang menyegarkan nafas serta menggigit lidah bagi yang menikmatinya.

Sungguh kuliner yang diimpikan dan tak mungkin terlupakan. Makanan khas Gayo ini dapat ditemui dibeberapa restoran di kota Takengon, dengan harga sangat terjangkau dengan kantong semua kalangan. serta msih banyak makanan-makanan lain yang menawarkan cita rasa yang khas.

1 comments:

ules gayo said...

haa... baru mantap blokke bang... lanjuten renye...

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Walgreens Printable Coupons