tag:blogger.com,1999:blog-42835024605369750672024-03-04T20:15:12.295-08:00ACEHTENGAHNEGERI SERIBU BUKITHADI SAFRIANDAhttp://www.blogger.com/profile/01244630846519950561noreply@blogger.comBlogger15125tag:blogger.com,1999:blog-4283502460536975067.post-46288421719498250992011-05-03T00:00:00.000-07:002011-05-03T00:13:07.198-07:00Falsafah Gayo yang Terlupakan<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-outline-level: 3;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="color: #333333; font-family: Verdana, sans-serif;"><span style="color: #669933; text-decoration: none;">oleh: <a href="http://aceh.tribunnews.com/news/author/3/yusra-habib-abdul-gani">Yusra Habib Abdul Gani</a></span> </span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="color: #333333; font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></b></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOz9YR0gh3mKCBwlr5EzukHPLOJVD9znUzUojTpmyENOrfdMtkqe6Q7U-P053PJBmG8h_4gY1ESf4FrIvUzOjYSL4QvTSwXBkYHCXneU40XF38eaj0TsPYIfuLwUAZW365yNLmfp95u4E1/s1600/tari+munerime1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOz9YR0gh3mKCBwlr5EzukHPLOJVD9znUzUojTpmyENOrfdMtkqe6Q7U-P053PJBmG8h_4gY1ESf4FrIvUzOjYSL4QvTSwXBkYHCXneU40XF38eaj0TsPYIfuLwUAZW365yNLmfp95u4E1/s1600/tari+munerime1.jpg" /></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><b><span style="color: #333333; font-family: Verdana, sans-serif;">KONSEP</span></b><span style="color: #333333; font-family: Verdana, sans-serif;"> penyelamatan masa depan perekonomian di Tanah Gayo yang bertumpu pada hasil kopi, padi, dan tanaman muda/musiman, diprediksi sulit bertahan. Hal ini disebabkan oleh pergeseran pola pikir masyarakat dari profesi petani tradisional kepada pedagang kios tradisional yang menjamur. Selain itu, juga lantaran munculnya tren membangun perumahan dan pertokoan di atas areal persawahan dan perkebunan. Akibatnya, lahan produktif ini dari masa ke semasa semakin menyempit. Pada hal betapa indahnya kalau perumahan dibangun di lereng-lereng bukit, tanpa harus menggerogoti areal yang produktif. Perubahan pola pikir ini, selain berpotensi melahirkan masalah geografi, dimana tingkat produksi beras, kopi dan tanaman muda lainnya mengalami penurunan, juga terjadi persaingan ekonomi tidak sehat di tingkat kampung. Sebabnya, karena jumlah kios tidak seimbang dengan jumlah penduduk suatu kampung.<o:p></o:p></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcwCWjxf5_IB_6CtPW1p0HfaRSWo1r6JFrjM7uHDKjNIfWNUllzv4sh2ceT_-0NegeTFrquMAa64z4l_M3ggS0cUmGdCpplci6G0vz3W6mHRg0lZzpoYIjuHPvDEGH_P6snegGgfqgxISq/s1600/sawah+di+pinggir+danau.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="152" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcwCWjxf5_IB_6CtPW1p0HfaRSWo1r6JFrjM7uHDKjNIfWNUllzv4sh2ceT_-0NegeTFrquMAa64z4l_M3ggS0cUmGdCpplci6G0vz3W6mHRg0lZzpoYIjuHPvDEGH_P6snegGgfqgxISq/s320/sawah+di+pinggir+danau.jpg" width="320" /></a><span style="color: #333333; font-family: Verdana, sans-serif;">Setidak-tidaknya, sejak 30 tahun belakangan ini diketahui bahwa hanya 40% saja dari jumlah penduduk di empat Kabupaten (Aceh Tengah, Bener Merie, Gayo Lues, dan Aceh Tenggara) yang menikmati produksi beras lokal. Selebihnya menyuplai beras bulog/impor. Ini konsekuensi logis dari penyempitan areal tanah produktif persawahan. Sebelumnya hanya penduduk kota yang terdiri atas pegawai negeri/swasta saja yang makan beras catu, sementara penduduk kampung tetap menikmati beras hasil produksi sawah-ladangnya.<br />
<br />
Jika peristiwa ekonomi ini dihubungkan dengan falsafah Gayo, “Rom Oros Tungkel ni Imen, Gadung Kepile Peger ni Keben (Padi- beras pangkal iman, ubi kayu - ubi jalar pagar lumbung padi)”, maka fenomena perekonomian ini dinilai sebagai suatu penyimpangan (deviation) dari konsep ekonomi sektoral. Sebab, mengikut falsafah ini, kekuatan dan ketahanan ekonomi suatu masyarakat akan wujud jika produksi utama daerah tersebut dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Secara simbolik, kalimat “Rom Oros” (beras padi) mengisyaratkan bahwa produksi padi dan kopi merupakan penghasilan utama yang bisa memenuhi harapan, menjamin kesejahteraan masyarakat, dan memperteguh iman. Ini bisa menghindarkan seseorang dari kemiskinan yang bisa mendekatkan seseorang kepada kekafiran. Apalagi suatu ketika dahulu, orang Gayo memandang hina bagi siapa saja yang makan beras catu, sebab berbau tak sedap. Pandangan ini logis, karena selain kebanggaan atas tanahnya yang subur, telah terbukti bahwa hasil pertanian memberi keberkahan dan membawa kemakmuran yang didorong oleh etos kerja lisik, yakni (rajin), cerdik, dan mersik (tegar).<o:p></o:p></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEyAumze4rcdPjJSZ0SqiiT7npruNdjLHN2JLqrnjhTmfK3OGSXnChrAEXp_4nP-EW-d42SFE0IoU1yeu1vsGi02eTsMH_6ot0DAsMBvwbN6HFX41Fv3ilr948HZzmUCGBCqo_Gt33XOZS/s1600/pohon+kopi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEyAumze4rcdPjJSZ0SqiiT7npruNdjLHN2JLqrnjhTmfK3OGSXnChrAEXp_4nP-EW-d42SFE0IoU1yeu1vsGi02eTsMH_6ot0DAsMBvwbN6HFX41Fv3ilr948HZzmUCGBCqo_Gt33XOZS/s1600/pohon+kopi.jpg" /></a></div><span style="color: #333333; font-family: Verdana, sans-serif;">Di mata orang Gayo, hasil padi dan kopi merupakan modal utama untuk membangun masa depan suatu keluarga. Oleh sebab itu, pengelolaannya sangat hati-hati. Bahkan untuk tidak menggerogoti modal utama, disediakan cadangan yang lain, guna mem-back-up modal utama, sekaligus untuk menambah pendapatan. Konsepnya ialah, “Gadung Kepile Peger ni Keben” (ubi kayu - ubi jalar pagar lumbung padi).” Secara simbolik ini bermakna bahwa selain hasil padi dan kopi, perlu ada usaha sampingan seperti menanam jeruk, tembakau, kol, tomat, kentang, wartel, dll. Ini berfungsi untuk menopang kebutuhan primer. Jadi, kalaulah sekadar untuk membeli pakaian, perhiasan, dan perlengkapan rumah tangga, cukuplah dari hasil usaha sampingan ini tanpa perlu membongkar gembok lumbung padi atau gudang kopi.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="color: #333333; font-family: Verdana, sans-serif;">Untuk mem’back-up’ kedua jenis pendapatan ini, dikenal lagi konsep “Empus kuning (Kebun kuning)” yang terletak di belakang atau di samping rumah, misalnya tanaman serai, jeruk limau, sayur-sayuran, kunyit, lengkuas, cabe, halia, yang digunakan untuk keperluan lauk-pauk sehari-hari. Jadi, tinggal ikan atau daging saja yang dibeli. Dengan demikian, produksi utama--beras dan kop--selain dimakan/minum, juga dijual di pasaran lokal, nasional, dan diekspor ke luar negeri. Agaknya, konsep ini layak diterapkan untuk membangun perekonomian makro, karena punya sistem pertahanan ekonomi yang jitu. Adalah suatu keaiban, jika dahulu beras kampung masuk kota, kini justru beras bulog yang bau ‘kerusung’ masuk kampung.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="color: #333333; font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
Dalam konteks pemasaran barang ekspor, ada aksioma yang menyebut, “Engkip mulo rerak, baro sowah kulahnume” (Penuhkan dahulu saluran air, baru alirkan ke persawahan.)”. Aksioma (baca: falsafah ekonomi Gayo) ini mengajarkan bahwa sesudah quota barang kebutuhan pokok benar-benar terpenuhi, harga barang di pasaran stabil dan terjangkau, barulah penguasa lokal merumuskan langkah-langkah untuk mengekpor jenis barang tertentu. Dengan kata lain, jangan sampai terjadi kekurangan barang sembako di daerah. Konsep ini adalah senjata untuk menghadang mafia gelap yang merusak harga pasaran di daerah. Sebagai contoh, harga jual gabah kering giling (GKG) di tingkat pedagang di Aceh kini mencapai Rp 5.000/kg, sedangkan beras lokal standar berkisar Rp 8.500/kg-Rp 9.000/kg. Ini naik dari sebelumnya, antara Rp 6.500/kg-Rp 7.500/Kg. Kemungkinan gabah padi asal Aceh secara besar-besaran dijual ke luar daerah (Serambi, 28 Januari 2011). Peristiwa ini terjadi karena lemahnya sistem pengawasan terhadap barang kebutuhan pokok, yang memasang harga lebih tinggi untuk produksi beras lokal, sementara untuk beras import dijual dengan harga murah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="color: #333333; font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
Sebenarnya, jika “Rom Oros Tungkel ni Imen (Padi dan beras pangkal iman)” ditafsirkan sebagai APBN--subdisi dari pusat--maka dana ini seharusnya dialihkan untuk membiayai pembangunan primer, misalnya membangun infrastruktur fisik.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="color: #333333; font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
Adalah tidak logis dan realistis, jikalau dana tersebut tidak habis dipakai sehingga mesti dikembalikan ke pusat. Agar tidak terjadi penggerogotan, maka perlu disediakan “Gadung Kepile Peger ni Keben (Ubi kayu dan ubi jalar pagar lumbung padi)”, yakni APBK/APBA (dana cadangan/sampingan) yang berasal dari keuntungan perusahaan milik daerah dialihkan untuk pengadaan bahan bacaan perpustakaan, kesehatan, atau kebutuhan ekstra kemanusiaan di dalam dan ke luar daerah. Ini berarti, Pemprov/Pemkot/Pemkab mesti punya perusahaan dan tidak hanya mengandalkan semata-mata hasil perolehan pelbagai jenis pungutan pajak. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="color: #333333; font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
Perihal kebijakan ekpor-impor ini sangat erat kaitannya dengan kebijakan dalam lapangan perniagaan. Dalam realitasnya, Pemprov Aceh masih belum berpikir ke tahap menawarkan jenis barang asal Aceh ke pasaran nasional dan internasional. Pada hal Aceh punya! Belum terwujud suatu “lembaga data/statistik” dan “lembaga research” yang profesional, dimana kedua badan ini baik terpisah maupun bersama-sama meneliti, mengevaluasi, dan mengawasi jenis-jenis barang yang diproduksi dan layak jual. Belum terpikir untuk menulis keterangan isi pada kemasan barang (kotak) produksi Aceh dalam bahasa lokal, selain bahasa Melayu/Indonesia dan Inggris.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="color: #333333; font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
Dalam dunia perdagangan, Aceh bukanlah negeri produsen, apalagi pusat perdagangan, melainkan salah satu negeri yang paling empuk untuk dijadikan korban (konsumen) teknologi modern asing, mulai dari fasilitas transportasi, pakaian, obat-obatan, sarana telekomunikasi/informasi, ‘accesories’ barang elektorik, sampai kepada seluruh atribut dalam rumah tangga. Itu sebabnya, kita perlu mulai mengenali dalil, “Engkip mulo rerak, baro sowah kulahnume (Penuhkan dahulu saluran air, baru alirkan ke persawahan)”, yang secara filosofis berarti, “Terlebih dahulu memprioritaskan upaya pengayaan dan pemberdayaan SDM/SDA lewat pendidikan formal/informal untuk memenuhi kebutuhan pokok daerah.” Seiring dengan itu, siap-sedia menghadapi perang ekonomi dan perang budaya melawan kuasa asing. Jika tidak, kita akan terjungkal ke dalam jurang kehinaan tanpa batas. Kita sebetulnya punya falsafah ekonomi yang brillian. Kembalilah ke pangkal jalan!<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="color: #333333; font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="color: #333333; font-family: Verdana, sans-serif;">sumber: </span><a href="http://aceh.tribunnews.com/news/view/55180/falsafah-gayo-yang-terlupakan">http://aceh.tribunnews.com/news/view/55180/falsafah-gayo-yang-terlupakan</a></div>HADI SAFRIANDAhttp://www.blogger.com/profile/01244630846519950561noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4283502460536975067.post-56928909294488588002011-04-19T12:56:00.001-07:002011-04-19T12:56:01.141-07:00inilah Sejarah Kopi dan Bahaya Kopi<div id="post_message_55431" style="color: #333333; font-family: tahoma, verdana, geneva, lucida, 'lucida grande', arial, helvetica, sans-serif; font-size: 13px;"><span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;"></span><br />
<div align="left"><span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;">Kopi merupakan salah satu minuman yang paling digemari banyak orang. Dari setiap tiga orang di dunia, salah satunya adalah peminum kopi. Kopi memang sungguh nikmat jika diminum baik pagi hari, atau saat malam hari ketika pekerjaan menumpuk. Kopi merupakan salah satu minuman yang paling dinikmati banyak orang, yang tidak sekadar diteguk saja, namun juga dinikmati. Bisnis kopi pun telah menjadi bisnis puluhan milyar dolar, yang hanya mampu disaingi oleh bisnis minyak bumi.</span></div><div align="left"><span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;"><br />
</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;">Sejarah Penyebaran Kopi</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;"><br />
</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;">Biji tanaman kopi dipanggang lalu dihaluskan dan dihidangkan. Metode pemanggangan biji kopi sendiri belum diketahui kapan dimulainya. Namun tanaman kopi berasal dari dataran tinggi di Ethiopia, yang pada saat itu merupakan tanaman liar di Ethiopia. Lalu tanaman kopi dari sini dikembangkan di Semenanjung Arab sekitar abad ke-15, yang terkenal menjadi Kopi Arabika. Kopi Arabika saat ini menjadi jenis kopi yang paling banyak diproduksi di dunia yaitu mencapai lebih dari 60 persen produksi kopi dunia.</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;"><br />
</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;">Menurut legenda, kopi ditemukan oleh seorang pemuda Arab bernama Kaldi, seorang penggembala kambing. Ia selalu memperhatikan bahwa kambingnya selalu menunjukkan gejala gembira setelah menggigit biji dan daun suatu tanaman hijau. Karena penasaran, ia mencoba biji tanaman tersebut dan merasakan efek semangat serta gembira. Akhirnya penemuan ini menyebar dari mulut ke mulut, sejak itu lahirlah kopi menurut legenda di Arab.</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;"><br />
</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;">Pada tahun 1610, tanaman kopi pertama ditanam di daerah India. Bangsa Belanda mulai mempelajari pengembangbiakan kopi pada tahun 1614. Lalu pada tahun 1616, mereka berhasil memperoleh bibit dan tanaman kopi yang subur dan langsung mendirikan perkebunan kopi di Srilanka dan tanah Jawa (Indonesia) pada tahun 1699. Kemudian oleh bangsa Belanda, tanaman ini disebar ke koloni Belanda di Amerika Tengah seperti di Suriname dan Kepulauan Karibia. Kemudian bangsa Perancis juga tertarik dengan perdagangan kopi ini. Mereka membeli bibit kopi dari Belanda lalu dikembangkan di Pulau Réunion sebelah timur Madagaskar. Namun mereka gagal mengembangkan kopi di sini. Lalu pada tahun 1723, bangsa Perancis mencoba mengembangkan tanaman kopi di daerah Pulau Martinik. Pada tahun 1800-an, tanaman kopi dikembangkan di Hawaii. Belakangan tanaman ini juga dikembangkan di Brasil dan daerah-daerah lainnya.</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;"><b><br />
Asal Kata Kopi</b></span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;"><br />
</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;">Kata kopi atau dalam bahasa Inggris coffee berasal dari bahasa Arab qahwah, yang berarti kekuatan. Kemudian kata kopi yang kita kenal saat ini berasal dari bahasa Turki yaitu kahveh yang kemudian belakangan menjadi koffie dalam bahasa Belanda dan coffee dalam bahasa Inggris. Kata tersebut diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi.</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;"><b><br />
Kopi pada Zaman Dahulu hingga Sekarang</b></span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;"><br />
</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;">imagesAwalnya kopi digunakan sebagai produk makanan. Kemudian kopi digunakan sebagai pengganti minuman anggur. Belakangan kopi digunakan juga sebagai obat. Dan saat ini kopi terkenal sebagai minuman yang cukup digemari.</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;"><br />
</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;">Pada awalnya kopi digunakan sebagai makanan. Seluruh biji kopi dihancurkan, lalu ditambahkan minyak. Lalu adonan ini dibentuk berbentuk bundar dan menjadi makanan. Sampai saat ini, beberapa suku di Afrika masih memakan kopi dalam bentuk seperti itu.</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;"><br />
</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;">Belakangan, kopi digunakan sebagai pengganti minuman anggur. Biji kopi dibuat sebagai minuman yang mirip dengan anggur. Beberapa orang membuat minuman seperti ini dengan menuangkan air mendidih ke biji kopi yang sudah dikeringkan.</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;"><br />
</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;">Sebagai obat, kopi dapat bermanfaat untuk mengobati migrain, sakit kepala, gangguan jantung, asma kronis dan gangguan buang air. Meski demikian, untuk konsumsi kopi berlebih bisa berakibat buruk. Jika mengkonsumsi kopi secara belebih dapat meningkatkan asam lambung, menyebabkan ketegangan, dan mempercepat detak jantung. Selain itu, konsumsi kopi secara berlebih, sering dikaitkan dengan sakit maag.</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;"><br />
</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;">Belakangan, kopi digunakan sebagai minuman yang cukup nikmat. Biji kopi dikeringkan lalu dipanggang dan digiling dalam batok. Hasilnya kemudian bisa menjadi minuman kopi yang nikmat. Belakangan ditemukan mesin penggiling biji kopi yang memudahkan produksi kopi sebagai minuman.</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;"><br />
</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;"><b>Berbagai Macam Kegunaan Kopi</b></span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;"><br />
</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;">Berbagai rasa kopi yang khas membuat sensasi menyenangkan di mulut. Misalnya es kopi atau iced coffee yang manis biasanya menyegarkan. Es krim rasa kopi pun juga menjadi favorit bagi banyak orang. Kopi juga menjadi salah satu bahan dasar beberapa jenis kue rasa kopi. Dan yang paling populer adalah kopi polos dan juga kopi susu.</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;"><br />
</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;">Namun para ilmuwan juga menyelediki manfaat lain dari kopi. Sisa bubuk dari kopi bermanfaat sebagai pupuk yang baik. Selain itu, beberapa produk disinfektan maupun isolasi untuk dinding, lantai dan atap juga dapat dibuat dari kopi. Gliserin yang merupakan produk sampingan dari sabun, dapat dibuat dari minyak kopi. Minyak kopi juga biasa digunakan sebagai bahan pembuat cat, sabun, maupun produk lainnya.</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;"><br />
</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;">Biji kopi dapat bermanfaat untuk berbagai produk dan kegunaan. Namun yang paling populer tentu saja sebagai minuman yang nikmat yang diminum banyak orang setiap harinya.</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;"><br />
</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;"><b>Kopi Arabika dan Kopi Robusta</b></span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;"><br />
</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;">Biji KopiMeski di seluruh dunia ada sekitar 70 spesies pohon kopi, dari yang berukuran seperti semak belukar hingga pohon dengan tinggi 12 meter, namun hanya ada dua spesies pohon kopi yang secara umum dikenal untuk diproduksi sebagai produk kopi. Kedua spesies ini digunakan untuk produksi sekitar 98 persen produksi kopi dunia. Apa sajakah itu? Kopi yang pertama kali dikembangkan di dunia adalah Kopi Arabika yang berasal dari spesies pohon kopi Coffea arabica. Kopi jenis ini yang paling banyak diproduksi, yaitu sekitar lebih dari 60 persen produksi kopi dunia. Kopi arabika dari spesies Coffea arabica menghasilkan jenis kopi yang terbaik. Pohon spesies ini biasanya tumbuh di daerah dataran tinggi. Tinggi pohon kopi ini antara 4 hingga 6 meter. Kopi arabika memiliki kandungan kafein tidak lebih dari 1,5 persen serta memiliki jumlah kromosom sebanyak 44 kromosom.</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;"><br />
</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;">Pohon kopi spesies lainnya yang juga cukup banyak diproduksi sebagai produk kopi adalah Coffea canephora yang sering dikenal sebagai Kopi Robusta. Tinggi pohon Coffea canephora mencapai 12 meter dan dapat ditanam di daerah yang lebih rendah dibanding kopi arabika. Kopi robusta biasanya digunakan sebagai kopi instant atau cepat saji. Kopi robusta memiliki kandungan kafein yang lebih tinggi, rasanya lebih netral, serta aroma kopi yang lebih kuat. Kandungan kafein pada kopi robusta mencapai 2,8 persen serta memiliki jumlah kromosom sebanyak 22 kromosom. Produksi kopi robusta saat ini mencapai sepertiga produksi kopi seluruh dunia.</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;"><br />
</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;"><b>Dilema Minum Kopi dan Bahaya Kopi</b></span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;"><br />
</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;">Meski minum kopi sungguh nikmat, namun minuman ini sering memunculkan berbagai dilema. Beberapa penelitian menunjukkan bahaya dari minum kopi. Bahkan pada jaman dahulu, di Timur Tengah, kopi sempat menjadi minuman yang haram karena sering menimbulkan efek negatif. Apa saja bahaya dari kopi yang nikmat ini?</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;"><br />
</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;">Konsumsi kopi telah dikenal begitu luas dewasa ini, dan berbagai peringatan dari para ahli telah berulang kali diungkapkan selama bertahun-tahun terhadap banyaknya bahaya yang mengancam para peminum kopi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para penggemar kopi harus mewaspadai bahaya yang bisa timbul dari kebiasaan minum kopi mereka. Bahaya tersebut antara lain penyakit jantung, diabetes dan bahkan beberapa jenis kanker. Meski demikian, banyak orang mengabaikan peringatan ini. Mengapa?</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;"><br />
</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;">Selama beberapa tahun belakangan ini, para peneliti telah mempublikasikan hasil penelitian mereka mengenai akibat minum kopi. Namun kesimpulan yang dibuat para peneliti ini belum sampai ke kesimpulan yang meyakinkan. Mengapa? Karena biasanya para peneliti hanya meneliti bahaya dari kafein, salah satu dari 500 kandungan kimia alami dalam secangkir kopi. Jadi sebenarnya penelitian terhadap kopi memang masih belum final dan masih jauh lebih kompleks.</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;"><br />
</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;">Kafein yang terkandung dalam kopi memiliki efek stimulan yang cukup berbahaya. Kafein dapat menyebabkan seseorang sulit tidur. Kafein juga menyebabkan seseorang sulit mengendalikan emosi serta sulit berkonsentrasi. Kafein juga diindikasikan bisa memicu kanker.</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;"><br />
</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;">Sebuah penelitian di Belanda menunjukkan bahwa kopi dapat meningkatkan kolesterol hingga 10 persen. Khususnya jika kopi yang diminum tanpa disaring dan langsung dipanaskan. Kolesterol sendiri dikenal sebagai penyebab gangguan jantung. Seorang ahli nutrisi dari Inggris merekomendasikan untuk minum kopi yang segar dan bukan kopi yang sudah diolah, dipanaskan dan dididihkan selama beberapa waktu.</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;"><br />
</span><br />
<span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;">Bagi para penggemar kopi, para ahli menyarankan untuk minum kopi secara wajar. Hindari minum lebih dari enam cangkir kopi dalam sehari. Bagi mereka yang mengalami gangguan jantung, gangguan ginjal dan tekanan darah tinggi sebaiknya minum kopi cukup satu cangkir sehari. Untuk wanita hamil dan menyusui, sebaiknya juga minum tidak lebih dari secangkir kopi sehari. Kopi memang nikmat, namun kesehatan jauh lebih penting dibanding menikmati kopi secara berlebih. Selamat menikmati secangkir kopi Anda!</span></div><div align="left"><span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;"><br />
</span></div><div align="left"><span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;">sumber : </span></div><div><span style="font-family: Tahoma; font-size: medium;"><a href="http://www.forumkami.com/forum/resep/18534-sejarah-kopi-bahaya-kopi.html">http://www.forumkami.com/forum/resep/18534-sejarah-kopi-bahaya-kopi.html</a></span></div></div>HADI SAFRIANDAhttp://www.blogger.com/profile/01244630846519950561noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4283502460536975067.post-60022113300103456852011-04-18T07:33:00.000-07:002011-04-18T07:40:48.941-07:00Didong Gayo Lues: Analisis Keindahan Bahasa dan Fungsi Sosial<div class="post-content">Oleh: Isma Tantawi<br />
Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara<br />
<br />
Abstract<br />
The objective of this research is to analyze Didong Jalu in perspective of language aesthetic and social function on peoples of Gayo Lues ethnic group. The data in this research is analyzed based on both observation and documentation methods. The theoretical base used in this research is relied on literature sociological theoery suggested by Thomas Warton (1974) that literature work is considered to be expression of art and social document. Didong Jalu contains the language aesthetic value and it has social function for peoples of Gayo Lues ethnic group inhabiting the upland of Gayo Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia.<br />
<br />
I. Pendahuluan<br />
<br />
Didong sebagai tradisi lisan atau oral tradition (folklore) sudah berkembang sejak masuknya agama Islam di dataran tinggi Gayo, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia (L.K. Ara, 1995: 639). Agama Islam masuk ke Aceh pada abad ke-7 M. kira-kira 40 tahun setelah Nabi Muhammad s.a.w. wafat (Sutejo Sujitno, 1995: 71). Dalam Didong, sejak awal sampai saat ini nafas dan nuansa keislaman tetap bertahan. Bahkan Didong merupakan media dakwah untuk menyampaikan dan menyebarkan amanat keagamaan kepada masyarakat di samping menyampaikan pesan budaya suku Gayo itu sendiri.<br />
Didong merupakan tradisi lisan suku Gayo sudah berakar dalam kehidupan masyarakatnya. Persembahan Didong diadakan pada pesta suka (pesta ayunan, pesta penyerahan anak kepada guru, pesta sunat rasul, dan pesta perkawinan) saja. Dalam Didong, diceritakan tentang kebudayaan suku Gayo, agama Islam (orang suku Gayo secara keseluruhan menganut agama Islam) dan masalah-masalah yang aktual, seperti peristiwa daerah, peristiwa nasional, dan peristiwa internasional.<br />
<br />
Kata Didong, berasal dari bahasa Gayo, yaitu: dari akar kata dik dan dong. Dik, artinya menghentakkan kaki ke papan yang berbunyi dik-dik-dik. Kemudian dong, ertinya berhenti di tempat, tidak berpindah. Jadi, kata Didong dapat diartikan bergerak (menghentakkan kaki) di tempat untuk mengharapkan bunyi dik-dik-dik. Bunyi dik-dik-dik selalu digunakan untuk menyelingi persembahan Didong. Menurut kamus Bahasa Gayo – Indonesia, Didong ialah sejenis kesenian tradisional yang dipertandingkan antara dua Guru Didong yang berasal dari dua kampung yang berbeda. Persembahan dimulai setelah salat Isa sampai sebelum salat Subuh, (M.J. Melalatoa, 1985: 71).<br />
Kata Didong menjadi nama kesenian tradisional di Gayo Lues berdasarkan cerita rakyat (foklore), yaitu: Asal-usul Gajah Putih yang dikumpulkan oleh Sulaiman Hanafiah (1984: 140 – 149). Gajah Putih merupakan penjelmaan dari seorang sahabat yang sudah meninggal dunia. Ketika Gajah Putih ini akan dibawa ke Istana Raja Aceh oleh orang-orang yang diperintahkan oleh raja. Gajah Putih tidak mau berjalan dan melawan. Gajah putih menghentak-hentakkan kakinya ke tanah, sehingga menimbulkan bunyi dik-dik-dik. Namun demikian, ketika sahabatnya yang membawa, Gajah Putih pun berjalan dan sampailah ke Istana Raja Aceh.<br />
Gerakan Gajah Putih yang menghentak-hentakkan kakinya ke tanah dan menimbulkan bunyi dik-dik-dik, selalu ditirukan oleh orang-orang yang melihat kejadian itu. Akhirnya kebiasaan tersebut dijadikan dan digunakan pada masa merasa gembira atau pada masa menyampaikan amanat dan nasihat kepada anak, teman, masyarakat atau kepada sesiapa saja yang dianggap perlu untuk disampaikan. Oleh sebab itu, kebiasaan tersebut berlangsung sampai saat ini dan disebut dengan tradisi lisan Didong Gayo.<br />
<br />
Didong Gayo dapat dibagi menjadi dua macam. Pertama, Didong Gayo Lues. Didong Gayo Lues berkembang di Kabupaten Gayo Lues dan Kabupaten Aceh Tenggara. Didong Gayo Lues pada umumnya berbentuk prosa (bebas) dan hanya pada bagian tertentu saja yang disampaikan berbentuk puisi (terikat) seperti pantun. Isi cerita di dalam Didong Gayo Lues berhubungan antara satu bagian dengan bagian lainnya.<br />
Kedua, Didong Lut (Laut). Didong Lut berkembang di Kabupaten Aceh Tengah. Didong Lut berbentuk puisi (terikat). Isi Didong Lut tidak berhubungan secara langsung antara satu bagian dengan bagian lainnya. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa Didong Lut seperti puisi yang dinyanyikan dan setiap puisi memiliki makna masing-masing.<br />
<br />
Didong Gayo Lues dapat dibagi tiga macam; yaitu, Didong Alo (Didong penyambutan tamu), yaitu: Didong dipersembahkan untuk menyambut tamu. Pemain Didong Alo berjumlah lebih kurang 10 orang dari pihak tuan rumah dan 10 orang dari pihak tamu. Didong Alo dipersembahkan sambil berlari arah ke kiri atau ke kanan. Didong Alo berisi tentang ucapan selamat datang dan ucapan terima kasih atas kehadiran tamu. Begitu juga dari pihak tamu mengucapkan terima kasih atas undangan dan sudah selamat diperjalanan sehingga dapat selamat sampai ke tempat tuan rumah.<br />
<br />
Didong Jalu (Didong Laga), yaitu Didong dipersembahkan pada malam hari oleh dua orang Guru Didong yang diundang dari dua kampung yang berbeda. Setiap Guru Didong didampingi oleh pengiring yang berjumlah 10 sampai 20 orang. Pengiring berfungsi untuk mendukung persembahan. Pada bagian tertentu (adini Didong) cerita Didong disambut oleh pengiring sambil bertepuk tangan serta menggerakkan badan ke muka dan ke belakang atau ke kiri dan ke kanan.<br />
<br />
Didong Niet (Didong Niat) selalunya dipersembahkan berdasarkan Niet seseorang. Misalnya Niet seseorang yang ingin mempunyai keturunan atau berkeinginan punya anak lelaki atau perempuan. Jika keinginan ini dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa, maka Didong Niet ini pun dipersembahkan. Didong Niet ini mengkisahkan tentang anak yang diniatkan. Cerita dimulai dari awal pertemuan kedua orang tuanya. Kemudian pertemuan itu direstui serta dilanjutkan kepada jenjang peminangan dan pernikahan. Seterusnya cerita mengenai perkembangan bayi di dalam kandungan dan sampai bayi lahir ke dunia. Setelah itu cerita diteruskan ke pesta ayunan (turun mani) pemberian nama dihubungkan dengan hari kelahiran, agama (agama Islam), dan nama-nama keluarga seperti nama orang tua, kakek, nenek, dan lain-lain.<br />
Cerita Didong yang menjadi objek penelitian ini adalah cerita Didong Jalu yang dipersembahkan oleh Guru Didong Ramli Penggalangan dan Idris Cike di Medan pada tanggal 11 dan 12 Desember 2004. Persembahan dimulai pukul 21.45 dan berakhir pada pukul 04.30 WIB.<br />
<br />
II. Didong Jalu Sebagai Karya Sastra (Tradisi Lisan)<br />
<br />
Secara umum, karya seni dapat dibedakan menjadi lima bagian. Pertama, seni lukis, kedua seni suara, ketiga seni tari, keempat seni pahat (seni patung), dan kelima seni sastra. Kelima-lima seni tersebut di atas dibedakan oleh alat yang digunakan oleh pengarangnya. Seni lukis, alat digunakan oleh senimannya adalah garis dan warna. Seni suara, alat yang digunakan oleh vokalis dan istrumentalis adalah suara (vokal atau instrumental). Seni tari, alat yang digunakan oleh senimannya adalah gerak. Seni pahat atau patung, alat yang digunakan oleh senimannya adalah bentuk. Seni Sastra, alat yang digunakan oleh sastrawannya adalah bahasa (A. Teeuw, 1978 : 1).<br />
<br />
Seni sastra yang lazim disebut sebagai karya sastra, menurut bentuk bahasa yang digunakan dapat pula dibedakan menjadi dua bagian. Pertama, karya sastra disampaikan secara lisan dan kedua, karya sastra disampaikan secara tertulis atau bahasa tulis. Karya sastra lisan selalu disampaikan secara langsung kepada penonton atau penikmat. Karya sastra tulis disampaikan secara tertulis, seperti pada surat khabar, majalah, dan buku cetakan kepada pembaca atau penikmatnya.<br />
Karya sastra lisan selalu dihubungkan dengan karya sastra lama, karena salah satu ciri-ciri sastra lama adalah cerita berbentuk lisan. Seterusnya ciri-ciri sastra lisan dapat ditunjukkan dari sudut yang lain. Sastra lisan merupakan milik masyarakat secara bersama dan tidak dikenal nama pengarangnya. Kini sastra lisan lebih dikenal dengan istilah tradisi lisan, (Mustafa Mohd. Isa, 1987: 1). Kemudian menurut Mohd. Taib Osman, ( 1976: 4), tradisi lisan oleh khalayak lebih dikenal lagi dengan istilah folklore.<br />
<br />
Folklore berasal dari bahasa Inggeris yang terbentuk dari kata folk dan lore, (James Dananjaya, 1984 : 1-2). Folk ertinya kolektif dan lore ertinya tradisi dari sekelompok orang yang memilki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan yang dapat membedakan dari kelompok lainnya. Jadi, folklore adalah cerita rakyat (tradisi lisan) dari sekelompok masyarakat dan diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya dalam bentuk bahasa lisan (Alan Dundes, 1965: 2).<br />
James Dananjaya, (1984: 3-4), berpendapat ciri-ciri folklore adalah sebagai berikut:<br />
<ol><li>Penyebaran dan pewarisannya selalu dilakukan secara liasan, yakni disebarkan melalui tutur kata dari mulut ke mulut atau dengan contoh yang disertai dengan gerak dan alat bantu pengingat dari generasi ke generasi berikutnya.</li>
<li>Folklore bersifat tradisional, yakni penyebarannya cukup lama atau minimal berlansung pada dua generasi.</li>
<li>Dalam cerita folklore terdapat versi-versi dan variasi, yakni cerita yang bebeda menurut tempat dan waktu. Hal ini disebabkan oleh cara penyebarannya dari mulut ke mulut (lisan), bukan melalui cetakan atau rekaman. Oleh sebab itu, proses lupa atau interpolasi (interpolation) dapat dengan mudah mengalami perubahan. Walaupun demikian, perbedaannya hanya terletak pada bagian luarnya saja, sedangkan bentuk dasarnya dapat tetap bertahan.</li>
<li>Foklore bersifat anonymous, yakni nama pengarang sebenarnya tidak dapat diketahui.</li>
<li>Foklore selalu mempunyai bentuk berumus atau berpola, yakni cerita tetap bertahan dengan pola yang sudah ada.</li>
<li>Folklore mempunyai fungsi (function) pada masyarakat yang memilikinya secara kolektif.</li>
<li>vii) Folklore bersifat pralogik, yakni mempunyai sifak logik sendiri yang berbeda dengan logik yang berlaku secara umum.</li>
<li>Folklore menjadi milik bersama (collective) dari kolektif tertentu. Hal ini disebabkan oleh penciptaan pertama tidak diketahui lagi. Oleh sebab itu, setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya.</li>
<li>Folklore pada umumnya bersifat polos dan lugu. Oleh sebab itu, sering sekali terasa lemah, spontan, dan kasar. Ini dapat dimengerti karena folklore merupakan pengungkapan seni oleh manusia yang paling jujur.</li>
</ol>Berdasarkan uraian di atas didapati bahwa Didong Jalu Gayo Lues dapat disebut sebagai karya sastra (tradisi lisan) karena Didong Jalu mengandung ciri-ciri tersebut. Pertama, Didong Jalu dipersembahkan secara liasan: yaitu, cerita didendangkan oleh kedua-dua Guru Didong secara bergantian. Pada bagian tertentu kedua-dua Guru Didong melakukan gerak-gerak tertentu pula. Misalnya pada bagian batang kedua-dua Guru Didong berjalan bolak-balik di atas papan persembaham. Pada bagian niro ijin kedua Guru Didong berdiri berhadapan dan melakukan gerak maju dan mundur.<br />
<br />
Kedua, cerita Didong Jalu tumbuh dan berkembang sudah berlangsung lama di masyarakat Gayo Lues. Menurut sejarah Didong Jalu sudah berkembang di dataran tinggi Gayo Lues sejak masuknya ajaran Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia. Agama Islam masuk ke Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada abat ke 7 M. kira-kira 40 tahun setelah Nabi Muhammad s.a.w. wafat, (Sutejo Sujitno, 1995: 71).<br />
<br />
Ketiga, cerita Didong memiliki versi-versi dan variasi. Versi Didong Jalu ada dua macam: yaitu, Didong Jalu Gayo Lues dan Didong Jalu Gayo Lut. Kedua-dua Didong ini bersisi tentang mengadu ketangkasan antara satu Guru Didong dengan Guru Didong lainnya. Namun demikian, cara dan pola persembahannya berbeda. Pola persembahan Didong Jalu dimulai dengan permulaan persembahan (Didong Tuyuh), persalaman (tabini Didong), kesepakatan (batang), berteka-teki (itik-itiken), dan mohon maaf (niro ijin) sedangkan Didong Jalu Gayo Lut berpola persalaman, isi, dan penutup.<br />
<br />
Kempat, pencipta Didong Jalu yang sebenarnya tidak dapat diketahui, karena Didong Jalu dituturkan secara lisan oleh Guru Didong terdahulu dan diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya melalui bahasa lisan. Oleh sebab itu, Didong Jalu menjadi milik bersama masyarakat Gayo Lues. Didong Jalu yang digunakan untuk objek kajian ini merupakan seni ulang yang yang dilakukan oleh kedua-dua Guru Didong; yaitu, Ramli Penggalangan dan Idris Cike. Namun seni ulang pun tetap memiliki nilai seni tersendiri yang berbeda dengan seni cipta yang pertama, (Sidi Gazalba, 1974: 425).<br />
<br />
Kelima, cerita Didong Jalu didendangkan oleh kedua-dua Guru Didong melalui pola yang sama. Pola Didong Jalu itu dimulai dengan permulaan persembahan (Didong tuyuh). Pada bagian ini kedua-dua Guru Didong masih dalam keadaan duduk. Cerita masih berisi tentang pengantar atau memperkenalkan Guru Didong yang akan tampil dalam persembahan. Pada bagian persalaman (tabini Didong) kedua-dua Guru Didong berdiri berdampingan dan cerita berisi tentang persalaman kepada para penonton persembahan. Pada bagian kesepakatan (batang) kedua-dua Guru Didong berjalan secara bolak-balik di atas papan persembahan. Cerita di sini berisi tentang kesepakatan kedua-dua Guru Didong tentang persembahan Didong Jalu pada bagian berikutnya. Pada bagian berteka-teki (itik-itiken) kedua-dua Guru Didong pada keadaan berdiri berdampingan dan cerita berisi tentang teka-teki yang sudah disepakati pada bagian batang. Kemudian cerita Didong Jalu ditutup dengan bagian mohon maaf (niro ijin). Kedua-dua Guru Didong berdiri berhadapan sambil bergerak maju dan mundur dan cerita berisi tentang permohonan maaf antara kedua-dua Guru Didong dan kepada para penonton persembahan.<br />
<br />
Keenam, cerita Didong Jalu berguna bagi masyarakat Gayo Lues. Secara khas Didong Jalu digunakan pada pesta suka saja. Pesta suka dalam masyarakat Gayo Lues ada empat macam: yaitu, pertama pesta ayunan, kedua pesta penyerahan anak kepada guru, ketiga pesta sunat rasul, dan keempat pesta perkawinan.<br />
Ketujuh, dalam cerita Didong Jalu terdapat logika yang berbeda dengan logika yang belaku secara umum, seperti contoh berikut ini:<br />
i) Ramli Penggalangan dan Idris Cike yang berprofesi sebagai Guru Didong. Kedua-dua Guru Didong masih menganggap persembahan Didong Jalu sebagai pekerjaan yang memalukan untuk orang yang berumur atau sudah punya anak gadis atau lajang. Ramli Penggalangan berumur 43 tahun dan Idris Cike berumur 40 tahun pada waktu persembahan Didong Jalu ini dilakukan. Seperti diceritakan oleh Guru Didong berikut ini:<br />
“Pada malam yang berbahagia ini, sudah jelas bergelinding telur di tanah yang rata. Memecahkan empedu di ujung kaki, memekakkan telinga membutakan mata. Kita bercerita di atas papan persembahan ini.” (Ramli Penggalangan, paragraf: 40).<br />
<br />
ii) Guru Didong selalu menganggap dirinya orang yang tidak mengetahui dan tidak berpengalaman apa-apa tentang cerita Didong Jalu, adat, dan agama walaupun kedua-dua Guru Didong yang sudah berpengalaman tentang Didong Jalu dan menguasai masalah agama dan adat. Seperti diceritakan Guru Didong Idris Cike, (paragraf: 07) berikut ini:<br />
“Yang kami punya ini pun tidak berpengalaman. Seperti kerbau masuk kampung yang serba kebingungan. Badannya cuma besar, umurnya masih muda. Seperti kayu kering, sangat cepat dilalap api. Jika digertak mudah takut, kalau ditakuti mudah terkejut. Begitu pula kalau bercerita lebih banyak yang lupa dari yang diingat. Seperti anak masih belum pandai dan masih memerlukan pelajaran dan pendidikan. Cerita dan jalan cerita pedas seperti cabai merah, pahit seperti rimbang hutan.”<br />
<br />
iii) Pada saat Guru Didong A menanyakan pertanyaan teka-teki kepada Guru Didong B atau sebaliknya, Guru Didong tidak boleh menjawab secara langsung, tetapi harus diselidiki dengan pertanyaan yang lain dan behubungan dengan pertanyaan teka-teki yang sedang ditanyakan.<br />
<br />
Kedelapan, cerita Didong Jalu merupakan milik bersama masyarakat Gayo Lues. Sudah menjadi sifat tradisi lisan, di samping nama pengarang tidak dapat diketahui, dalam tradisi lisan selalu diceritakan tentang adat dan budaya masyarakat. Oleh sebab itu, tradisi lisan menjadi milik masyarakat di mana tradisi lisan itu diciptakan. Isi cerita tradisi lisan itu menggambarkan kehidupan masyarakat yang bersangkutan, (Mohd. Taib Osman, 1976: 7).<br />
<br />
Kesembilan, isi cerita Didong Jalu berisi polos dan lugu karena pada umumnya penutur tradisi lisan adalah orang-orang berbakat alami dan tanpa memperoleh pendidikan yang resmi. Oleh sebab itu, apa saja yang diceritakan adalah pengungkapan yang sebenarnya dan tanpa rekayasa. Didong Jalu adalah penngungkapan pemikiran kedua-dua Guru Didong. Sejalan dengan pendapat Rene Wellek (1995, 111) bahwa seniman menyampaikan kejujuran dan kebenaran sejarah dan peristiwa sosial yang berlaku.<br />
<br />
III. Didong Sebagai Dokumen Sosial Masyarakat Gayo Lues<br />
<br />
Karya sastra dibangun dari dua unsur; yaitu, unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik ialah unsur yang membangun karya sastra dari bagian dalam seperti alur, tokoh, gaya bahasa, tema, dan suasana. Unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari luar seperti agama, adat, psikologi, kesehatan, dan hukum. Dunia sastra adalah dunia yang sangat luas, dalam karya sastra terpancar semua kehidupan manusia.<br />
Setiap suku bangsa memiliki pengungkapan seni. Pengungkapan seni setiap suku bangsa selalu berberda. Perbedaan ini timbul karena setiap suku bangsa memiliki cara hidup yang berbeda pula. Perbedaan cara hidup ini menimbulkan perbedaan seni yang dilahirkan setiap suku bangsa. Misalnya, suku Jawa, terkenal dengan tradisi lisan Wayang, suku Batak, terkenal dengan tari Tor-tornya, suku Melayu, terkenal dengan tari Serampang Dua Belas dan suku Gayo Lues terkenal dengan tradisi lisan Didongnya.<br />
<br />
Setiap seni yang dilahirkan suku bangsa selalu mengambarkan kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Hal ini terjadi karena seniman merekam semua peristiwa kehidupan di dalam karya seni yang diciptakan. Lahirnya sastra adalah merupakan keinginan yang mendasar dari manusia untuk mengungkapkan diri, untuk menaruh minat sesama manusia, untuk menaruh minat pada dunia realitas dalam angan-angan yang dikhayalkan sebagai dunia nyata, (Andre Harjana, 1981: 10).<br />
Sapardi Joko Damono, (1978: 1) berkata, sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Sastra adalah produk suatu masyarakat dan mencerminkan masyarakatnya. Pemikiran masyarakatnya merupakan pemikiran pengarangnya, (Jakob Sumarjo, 1979: 30).<br />
Rene Wellek, (1995: 111) berpendapat, pengarang menyampaikan kebenaran pada waktu yang sama juga merupakan kebenaran sejarah dan sosial. Karya sastra merupakan dokumen sosial. Oleh sebab itu, apa yang tergambar di dalam karya sastra merupakan kenyataan-kenyataan yang ada atau sudah pernah ada di dalam kehidupan sosial.<br />
<br />
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, bahwa karya sastra bukan lahir begitu saja, tetapi akibat pengaruh hubungan antara pengarang dengan masyarakatnya. Pengarang menciptakan karya sastra bukan berdasarkan khayalan belaka, tetapi khayalan yang terinspirasi dari kenyataan dan fakta yang ada di dalam masyarakat. Pengarang dan pemikiran masyarakat sangat memegang peranan penting di dalam karya sastra, karena sastra dibangun dari pemikiran masyarakatnya.<br />
<br />
Tradisi Lisan Didong Jalu lahir dan berkembang di tengah-tengah kehidupan masyarakat Gayo Lues. Didong Jalu mengandung pemikiran-pemikiran yang berhubungan dengan masyarakat Gayo Lues. Pemikiran berupa adat, budaya, dan agama yang sudah atau sedang dilakukan oleh masyarakat Gayo Lues. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa Didong Jalu merupakan dokumen sosial bagi masyarakat Gayo Lues Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia.<br />
<br />
IV. Keindahan Bahasa Dalam Didong Jalu<br />
<br />
Karya sastra berbeda dengan karya ilmiah. Karya sastra mengandung nilai seni sedangkan karya ilmiah tidak. Perbedaan ini timbul karena karya sastra disampaikan pengarang dengan ragam bahasa sastra yang berbeda dengan ragam bahasa ilmiah. Ragam bahasa sastra sangat bergantung kepada sastrawan atau seniman sedangkan ragam bahasa ilmiah harus mengikut kepada pedoman tata bahasa dan makna yang sudah ada, (V.I. Braginsky, 1984: 7).<br />
Ragam bahasa dalam karya sastra, di samping pemilihan kata, sastrawan juga menggunakan gaya bahasa seperti hiperbola, personifikasi, inversi, pleonasme dan lain-lain. Sastrawan menggunakan gaya bahasa ini bertujuan untuk mempertegas atau untuk lebih menghidupkan suasana di dalam cerita. Dengan pemilihan kata dan gaya bahasa yang digunakan para sastrawan atau seniman, karya sastra lebih diminati dan disenangi oleh pembaca atau penonton, karena di samping keindahan alam, karya sastra mengandung nilai keindahan seni, (Wajiz Anwar, 1980: 5).<br />
A. Richard, C.K. Ogden dan James Wood ,(lihat Sohaimi Abddul Aziz, 2000: 2), berpendapat, salah satu dasar keindahan adalah medium. Medium sastra adalah bahasa. Didong Jalu sebagai salah satu karya sastra yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Seperti cerita Guru Didong Ramli Penggalangan (paragraf: 02) berikut ini:<br />
“Tak ada laba-laba yang menutupi tangga, tak ada buaya yang menghadang di jalanan. Kami sudah hadir memenuhi undangan, yang disampaikan melalui selembar sirih, sekeping gambir, segores kapu,r dan sepotong pinang.”<br />
<br />
Kejayaan mengeksploit medium bahasa dengan baik, dapat menghasilkan kepuasan psikologi kepada para pembaca atau penonton persembahan. Kepuasan psikologi yang dapat diperoleh dari karya sastra yang berhubungan dengan kesempurnaan, kehalusan, kematangan, dan kepekaan yang dapat memberikan kesan makna dan emosi, (Sohaimi Abdul Azizz, 2000: 8).<br />
<br />
Kesan makna dan emosi yang berhubungann dengan peristiwa aktual yang diceritakan Guru Didong seperti berikut ini:<br />
“Ayah dan ibuku, berlari-lari menyelamatkan nyawa. Di daerah Aceh sudah terjadi, rakyat mengungsi semakin susah. Orang yang melakukannya yang tidak jelas, yang korban rakyat biasa. Entah apa sebabnya, tiba-tiba terjadi kontak senjata.” (Idris Cike, paragraf: 54).<br />
<br />
Bahasa yang digunakan Guru Didong dengan amat baik dapat menimbulkan bunyi dan irama pada kata-kata yang terpilih dan disusun. Oleh sebab itu, dapat menimbulkan kesan yang makna mendalam kepada para pembaca atau penonton. Seperti cerita Didong Jalu yang disampikan dalam bentuk pantun berikut ini:<br />
“Hijau-hijau gununglah hijau,<br />
Siamang memanggil setengah hari.<br />
Sia-sia badanmu muda,<br />
Jika tidak berani mati.<br />
Burung balam gunung bersuara merdu,<br />
Akan kupetik dengan ujung jari.<br />
Bulu keliling warna yang menarik,<br />
Supaya jinak, saya petik lagi.” (Idris Cike, paragraf: 65).<br />
<br />
Menurut Agus Sachari, (1989: 1), keindahan sebenarnya merupakan hal yang utama di dalam kehidupan kita, karena tanpa keindahan, hidup ini terasa merana dan kehilangan kebahagiaan. Semua pencipta karya sastra yang baik, adalah manusia perasa yang bukan sedikit melibatkan pemikiran dan perasaan dalam peroses mengarang itu. Pilihan kata dan irama yang ada di dalam karya sastra merupakan alat untuk menyampaikan fikiran dan perasaannya kepada para pembaca atau penonton, (Muhammad Haji Saleh, 1992: 14).<br />
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, tradisi Didong Jalu yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya, terasa sangat indah dan menarik bagi penontonnya. Indah dan menarik ini terjadi karena pilihan kata dan gaya bahasa yang digunakan oleh kedua-dua Guru Didong di dalam Didong Jalu. Oleh sebab itu, para penonton persembahan dapat bertahan menonton persembahan, sampai menjelang salat Subuh serta dapat menangkap makna yang tersurat dan tersirat di dalam Didong Jalu.<br />
<br />
V. Fungsi Sosial Didong Jalu<br />
<br />
Didong Jalu yang lahir dan berkembang pada kehidupan masyarakat Gayo Lues, karena Didong Jalu memiliki fungsi sosial tertentu bagi masyarakat Gayo Lues. Oleh sebab itu, Didong Jalu tidak pernah terlepas dari suku Gayo Lues. Dalam Didong Jalu tergambar pemikiran-pemikiran dan budaya suku Gayo Lues secara menyeluruh. Didong Jalu menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Gayo Lues yang dilakukan dan berkembang sampai kini.<br />
Menurut Alan Dundes, (1965: 277), fungsi sosial tradisi lisan atau folklore itu ada 5 macam; yaitu, i) membantu pendidikan, ii) meningkatkan perasaan solidaritas kelompok, iii) memberi sanksi sosial agar orang berprilaku baik, iv) sebagai alat kritik sosial, dan v) sebagai hiburan.<br />
Berdasarkan pendapat di atas, maka Didong Jalu dapat dilihat fungsi sosialnya bagi masyarakat Gayo Lues seperti berikut ini:<br />
<br />
i) Dalam Didong Jalu, Guru Didong menyampaikan pendidikan secara langsung mahupun tidak langsung kepada penonton persembahan. Pendidikan langsung; yaitu, Guru Didong langsung memberikan penjelasan kepada penonton persembahan. Misalnya Guru Didong Ramli Penggalangan (paragraf: 24-27) menjelaskan tentang makna ralik, juelen, sebet, dan guru dalam masyarakat Gayo Lues. Ralik pihak keluarga dari isteri yang harus dilayani oleh pihak keluarga suami, karena ralik adalah status yang paling mulia di dalam masyarakat Gayo Lues. Juelen, pihak keluarga menantu laki-laki bertugas untuk menyelesaikan semua pekerjaan yang berat dalam pesta. Pihak menantu laki-laki ini bertanggung jawab atas pelaksanaan dan keberhasilan pesta. Sebet adalah orang-orang yang dikenal karena pergaulan hidup sehar-hari dan terjadi hubungan yang baik. Oleh sebab itu, selalu menjadi teman suka dan duka di dalam kehidupan sehar-hari. Guru adalah orang yang mengajari dan memberikan petunjuk semoga selamat di dalam kehidupan sehari-hari.<br />
Pendidikan tidak langsung dapat pula dilihat pada keseluruhan persembahan Didong Jalu. Persembahan Didong Jalu dimulai dari awal sampai akhir mengikuti kebiasaan yang sudah ada. Oleh sebab itu, Guru Didong secara tidak langsung telah memberikan penjelasan kepada penonton persembahan bahwa persembahan Didong Jalu harus berlaku seperti yang ia lakukan.<br />
<br />
ii) Jika dilihat dari cara pelaksanaan persembahan dan isi cerita, ternyata Didong Jalu dapat meningkatkan perasaan solidaritas kelompok. Pada masa pelaksanaan persembahan Didong Jalu, diundang semua ahli famili dari semua kampung dan semua ahli famili itu membawa semua kenalan, sahabat, dan tetangga yang ada di kampung ahli famili yang diundang. Dengan demikian, setiap diadakan persembahan Didong Jalu akan terjadi pertemuan masyarakat antara satu kampung dengan kampung lain. Pertemuan yang terjadi secara berulang-ulang ini akan dapat meningkatkan perasaan solidaritas kelompok bagi masyarakat Gayo Lues.<br />
Begitu juga dari isi cerita Didong Jalu, ia dapat meningkatkan perasaan solidaritas kelompok antara Guru Didong dengan Guru Didong dan antara masyarakat dengan masyarakat penonton persembahan. Meningkatkan perasaan solidaritas antara Guru Didong dengan Guru Didong seperti dikemukakan Guru Didong Idris Cike (paragraf: 65) bahwa cerita Didong Jalu ini bertujuan untuk menjadi lebih kenal seperti menjadi satu ayah satu ibu. Didong Jalu juga dapat meningkatkan perasaan solidaritas antara masyarakat dengan masyarakat Gayo Lues.<br />
<br />
iii) Isi cerita Didong Jalu dapat memberikan sanksi sosial kepada masyarakat agar masyarakat dapat berbuat baik. Seperti diceritakan Guru Didong Ramli Penggalangan (paragraf: 21) berikut ini:<br />
“Jika ada yang berlaku, yang kotor salah sentuh, yang pantang salah ucap. Semua dosa dan pahalanya menjadi tanggungannya dan panitia bebas dari dakwaan. Uang tidak tertentu jumlah rupiahnya, ditahan tidak tertentu jumlah tahunnya. Mahkamah dan meja hijau yang berkuasa untuk memutuskan hukumannya.”<br />
<br />
iv) Didong Jalu juga dapat dijadikan alat kritik sosial bagi masyarakat Gayo Lues. Di dalam Didong Jalu Guru Didong memberikan keritikan-kritikan sosial kepada masyarakat Gayo Lues. Seperti diceritakan Guru Didong Idris Cike (paragraf: 53) berikut ini<br />
“Ilmu hanya diketahui oleh orangtua, pedoman pun sudah hilang di tengah hutan belantara. Oleh sebab itu, saya bercerita hanya sedikit yang ingat dan lebih banyak yang lupa, begitu pun tetap kutabahkan hatiku. Pada malam ini, hanya ilmu kita yang akan kita sampaikan, fikiran kita yang akan kita jelaskan. Harap didengarkan dan difikirkan bapak, ibu, dan saudaraku, supaya ada manfaat menonton persembahan ini.”<br />
<br />
v) Didong Jalu dapat menjadi hiburan bagi masyarakat Gayo Lues. Biasanya terdapat dua hal yang ingin disampaikan oleh pengarang karya sastra. Pertama, pengarang ingin menyampaikan amanat yang berupa pemikiran-pemikiran. Kedua, karya sastra untuk menghibur para penikmat atau penontonnya. Oleh sebab itu, di samping untuk menyampaikan pemikiran-pemikiran Didong Jalu ternyata menjadi hiburan bagi masyarakat Gayo Lues seperti diceritakan Guru Didong Ramli Penggalangan (paragraf: 44) seperti berikut ini:<br />
“Sudah ada kesempatan dan sudah ada kelapangan. Sunyi untuk diramaikan, ramai untuk dimeriahkan. Supaya jangan menjadi penghambat kemajuan untuk mencapai masa hadapan yang cerah, diundang keluarga bapak, dikumpulkan keluarga ibu diadakan persembahan Didong Jalu untuk hiburan.”<br />
<br />
VII. Kesimpulan<br />
<br />
Berdasarkan penelitian terhadap Didong Jalu di atas, penulis menyusun dapatan sebagai berikut: Pertama, Didong Jalu mengandung nilai keindahan bahasa, karena kemampuan Guru Didong menggunakan pilihan kata yang baik serta pemkaian irama yang sesuai. Kedua, Didong Jalu memiliki fungsi sosial bagi masyarakat Gayo Lues, yaitu: untuk menyampaikan pendidikan, untuk meningkatkan solidaritas, memberikan nasihat, sebagai alat untuk menyampaikan kritikan sosial, dan untuk hiburan bagi masyarakat Gayo Lues. Oleh sebab, itu Didong Jalu dapat dianggap sebagai dokumen sosial bagi masyarakat Gayo Lues.<br />
Sebagai kesimpulan untuk keseluruhan penelitian ini, bahwa Didong Jalu sebagai karya sastra atau taridisi lisan merupakan milik masyarakat Gayo Lues dan mengambarkan kehidupan masyarakat Gayo Lues itu sendiri. Didong Jalu memiliki keindahan bahasa dan fungsi sosial bagi masyarakat Gayo Lues. Didong Jalu perlu dilestarikan, sehingga dapat berkembang dengan baik dan dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang.<br />
<br />
Daftar Bacaan<br />
<br />
Agus Sachari. 1989. Estetika Terapan. Bandung: Nova.<br />
Andre Harjana. 1981. Kritik Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta: PT Gramedia.<br />
Braginsky, V.I. 1994. Erti Keindahan dan Keindahan Erti Dalam Kesusastraan Melayu Klasik (Terjemahan). Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.<br />
Dundes, Alan. 1965. The Study of Folklore. America: Prentice-Hall, Inc.Englewood Cliff, N.J.<br />
Jakob Sumarjo. 1979. Masyarakat dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: CV Nur Cahaya.<br />
James Dananjaya. 1984. Folklore Indonesia. Jakarta: Grafitipers.<br />
L.K. Ara. 1995. Seulaewah, “Antologi Sastra Aceh Sekilas Pintas”.Jakarta:Yayasan Nusantara.<br />
M. Junus Melalatoa. 1985. Kamus Bahasa Gayo Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.<br />
Muhammad Haji Saleh. 1992. Puitika sastra Melayu. Bangi: Universiti Kebangsaan Malaysia.<br />
Mohd. Taib Osman. 1976. Panduan Pengumpulan Tradisi Lisan Malaysia. Malaysia: Malindo Printers Sdn. Bhd.<br />
Mustapa Mohd. Isa. 1987. Awang Belanga PelipurLara dari Perlis. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.<br />
Sidi Gazalba. 1974. Sitematika Falsafah. Kuala Lumpur: Utusan Melayu Berhad.<br />
Sohaimi Abdul Aziz. 2000. “Estetika Kesusastraan Melayu: Satu Pandangan Muhammad Haji Saleh”. Pulau Pinang: Seminar Kefahaman Budaya Ke IV.<br />
Sulaiman Hanafiah. 1984. Sastra Lisan Gayo. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.<br />
Sutejo Sujitno, 1995. Aceh Masa Lalu, Kini, dan Masa Depan. Banda Aceh: Sekretariat Gubernur Daerah Istimewa Aceh.<br />
Teeuw, A. 1978. “Penelitian Struktur Sastra”. Tugu Bogor. Kertas Kerja.<br />
Wadjiz Anwar, 1980. Falsafah Estetika. Yogyakarta: Nur Cahaya.<br />
Warton, Thomas. 1974. History of English Poetry. London: The Universiti of Chicago Press.<br />
Wellek, Rene, 1995. Teori Kesusastraan (Terjemahan). Jakarta: PT Gramedia.<br />
Isma Tantawi<br />
Isma Tantawi lahir pada tanggal 7 Februari 1960 di Kuning Aceh Tenggara (sekarang Kabupaten Gayo Lues). Beliau adalah staf pengajar tetap di Fakultas sastra Universitas Sumatera Utara mengasuh mata kuliah Sastra Bandingan, Estetika, dan Sastra Malaysia Modern serta mengajar di beberapa perguruan tinggi swasta di Sumatera Utara dan sebagai dosen tamu di Kolej Sentral Kuala Limpur, Malaysia. Beliau menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara tahun 1986 dan saat ini sedang mengikuti pendidikan master (S-2) di Pusat Pengajian Ilmu Kemanusiaan Universiti Sains Malaysia dengan bidang kajian tradisi lisan nusantara. Di samping itu juga beliau aktif mengikuti seminar nasional dan internasional baik sebagai peserta maupun pemakalah.<br />
<br />
Source: <a href="http://ismatantawi.blogspot.com/2009/05/didong-gayo-lues-analisis-keindahan.html" rel="nofollow" target="_blank">http://ismatantawi.blogspot.com/2009/05/didong-gayo-lues-analisis-keindahan.html</a></div>HADI SAFRIANDAhttp://www.blogger.com/profile/01244630846519950561noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4283502460536975067.post-87006535969607365952011-04-18T07:15:00.000-07:002011-04-18T07:17:46.166-07:00Menatap Laut Tawar<h3 style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;"><span lang="EN-US" style="color: #940f04; font-family: "Georgia","serif"; font-weight: normal;"><a href="http://www.acehvision.com/2008/08/menatap-laut-tawar-serambi-indonesia.html"><span style="color: #940f04;"></span></a></span></h3><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAqYeJB2ZGDNrKZ6x0uaaC7ga-a0aoGeCdPM8dScS6mxeYZ2sXsF5MPozD9N8B5xdYzANHVufWiz42iJIPm1DOjD4d8UbszsdHDIqWoWfetRtLTgJjcFNxn48seAbQaTR8tLuQmqyvIo7h/s1600/CIMG1491.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAqYeJB2ZGDNrKZ6x0uaaC7ga-a0aoGeCdPM8dScS6mxeYZ2sXsF5MPozD9N8B5xdYzANHVufWiz42iJIPm1DOjD4d8UbszsdHDIqWoWfetRtLTgJjcFNxn48seAbQaTR8tLuQmqyvIo7h/s200/CIMG1491.JPG" width="200" /></a> <span lang="EN-US" style="color: #333333; font-family: "Georgia","serif"; font-size: 10pt;"><b>DI TANAH GAYO<span class="apple-converted-space"> </span></b>yang bertuah terhampar Laut Tawar dikitari gunung Taris, Birah Panyang, Kelieten dan Kelitu yang membujur sampai ke Singah mata. Beberapa sungai mengalir dari beberapa arah menuju Laut Tawar yang bermuara ke sungai Pesangan menuju Samudera Hindia. Orang Gayo cukup menyebutnya dengan “<i><span style="font-family: "Georgia","serif";">Lôt Tawar</span></i>” dan bukan Danau Laut Tawar. Di sini -di Laut Tawar- sebagian orang Gayo menyandarkan hidup dari hasil ikan Depik yang uniq itu. Sampai tahun 70-an, ikan Depik bisa dihasilkan berkunca-kunca, sehingga mamu menyara yang bisa nyekolah anak-anak. Di pinggiran Lot Tawar terdapat pinus yang merentang hijau, yang suatu ketika dulu getahnya di-export.<br />
<br />
<span class="fullpost">Ada Kopi dan Tembakau yang mutunya mampu menyaingi kopi Berazil di pasaran dunia Internasional. Gambaran tentang keindahan, kekayaan, kebanggaan, harapan dan masa depan orang Gayo, bisa disimak dari lirik Didong berikut. //</span><i><span style="font-family: "Georgia","serif";">Engonko so tanoh Gayo/ Si megah mureta delé /urom batang ni Uyem si ijo/Kopi bakoe/ Enti datenko Burni Kelieten mongot pudederu/ /Oyale rahmat ni Tuhen kin ko bèwènmu// (Tataplah tanah Gayo/ yang megah kaya-raya/ dengan pohon Pinus yang hijau/ Kopi dan Tembakaunya/ jangan biarkan Gunung Klieten menangis tersedu/ Inilah rahmat Tuhan kepada kalian semua// (“Sedenge”.</span></i><span class="apple-converted-space"> </span><span class="fullpost">Mariam Kobat).</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Laut Tawar memang menyimpan sejuta riwayat, seperti: hikayat Malim Dewa (kisah percintaan Malim Dewa dengan Peteri Bensu yang sangat romantis dengan tidak merobek nilai-nilai adat dan agama); Inen/Aman Mayak Pukes (kisah pengantin baru yang tidak patuh kepada nasihat orangtua, dengan kultur Gayo klasik, dimana pasangan suami/Isteri, masih malu bergandeng tangan). Lihat saja posisi antara Inen dan Aman Mayak Pukes (penganting perempuan dan lelaki) yang jaraknya diperkirakan 200 meter dan Peteri Ijo (hikayat gadis cantik jelita berabut panjang, yang sarat dengn kekuatan misteri). Di sini- di Laut Tawar- kaula muda merajut percintaan yang romantis. Muse (penyair Gayo) bercerita: //</span><i><span style="font-family: "Georgia","serif";">Kirep cèngkèh ni bulang/ kipes ni opoh Padang/ terbayang ko laut ijo rembebe tajuk ni bunge/ ku sèmpol bun kin tene/ mudemu i ôjông Baro// (Panggilan dengan topi miring/ lambaian kain panjang/ terbayang kau Laut hijau/ kuntun bunga bertaburan/ berjumpa di ôjông Baro/ diselip di sanggul sebagai isarat.</span></i><span class="fullpost">) Kasih-sayang yang mereka rènda sepanjang jalan kenangan ini tak rela membiarkan terbang ke angkasa lepas. Tak kuasa untuk berpisah, sedetik sekalipun.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Miga (penyair muda Gayo) berdèndang: //</span><i><span style="font-family: "Georgia","serif";">Tapè ikot ari Pedemun (Bingkisan dari Pedemun) /Ku Balé Atu malè kukirimen (kukirim ke Balé Atu)/ Mokottu lime tun (lima tahun terlalu lama)/ Nantin aku di Terminal Takengon (tunggu aku di Terminal takèngon, sayang)//</span></i><br />
<br />
<span class="fullpost">Di sini -di Laut Tawar- orang menjalin rasa persadaraan yang kental. Biar susah sungguh, sampan tetap kukayuh meredah Laut Tawar menuju Bebuli. Disana sanak saudaraku sudah letih menanti. Demi persaudaraan, enggan menghitung langkah dan ayunan dayung Keakraban persaudaraan ini, bisa disimak dari lirik: //</span><i><span style="font-family: "Georgia","serif";">Langkah ku mamang ku Ujung Bebuli (Langkahku terburu-buru ke Ujung Bebuli)/ Jarak sipi-sipi telas Kampung Rawè (Nampak samar-samar Kampung Rawè)/ Muah ke Rembèlè, kati singah kami (Berbuahkah Rembèlè agar mampir kami// (Rembele, sejenis kayu yang buahnya berisi lendir dengan rasa manis)</span></i><span class="apple-converted-space"> </span><span class="fullpost">(Ramlah, penyair Gayo)</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Di sebalik kisah itu, ada sejuta kegundahan yang satu saat akan melilit dan mencekik kebanggaan terhadap Laut Tawar. Sebab dalam realitasnya, hutan Gayo sudah dikuasai oleh orang asing. Utente ngemèh bertene dan belangte nge mèh berpancang (Hutan dan padang ilalang kita sudah habis dipancang - Linge group.) Hak Paten Kopi Gayo pun di tangan Belanda. Kawasan hutan di hulu sungai utama, seperti: Kenawat, Toweran, Rawè, Nosar, Bèwang, Mengaya, Bintang dan Totor Uyet menuju Kala Kebayakan- yang bermuara air ke Laut Tawar kini sudah gundul. Konsekuensinya permukaan air Laut Tawar semakin dangkal. Hal ini tidak saja berpengaruh kepada kerusakan alam lingkungan, tetapi juga keengganan Ikan Depik masuk Di disen. Kini, ikan Depik lebih suka bertandang ke tengah laut ketimbang melewati Penyangkulen (post-post laluan Ikan Depik). Para nelayan pun mengejar dan memberkasnya dengan doran (pukat tradisional Gayo).</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Kabri Wali (penyair muda Gayo) mengisahkan: //</span><i><span style="font-family: "Georgia","serif";">Nge taring peberguk parukni penyangkulen/ Gere lagu jemen Didisen batu berbata</span></i><span class="fullpost">//</span><span class="apple-converted-space"> </span><i><span style="font-family: "Georgia","serif";">Pinus yang terhampar luas dan megah, kini hampir semua musnah.</span></i><span class="apple-converted-space"> </span><span class="fullpost">Ibnu Hajar (penyair Gayo) melukiskan //</span><i><span style="font-family: "Georgia","serif";">Ari Lampahan sawah ku Gelampang (dari Lampahan hingga Gelampang)/ Nge mèh lapang taring kemumu (Sudah gundul tinggal rerumputan)/ Pabrik Lampahan gere nèh mugune (Pabrik lampahan tidak lagi berfungsi) Mujadi besi tue kengon tubuhmu (sudah jadi besi tua)/ Gere megah lagu sedenge (tidak terkenal seperti dahulu)//</span></i><br />
<br />
<span class="fullpost">Lupakan seketika kisah itu. Yang pasti, wajah Laut Tawar setara indah dan cantiknya dengan Geneva Lake Swissland, yang dilingkari oleh gunung Alps dan Jura, bermuara ke sungai Rhône yang mengalir gemuruh dan bening. Selain Rhône, ada Pea -sungai kecil- yang diapit oleh pohon rindang (mirip kayu bakau) yang terurus. Air Geneva Lake yang jernih bersumber dari mata air simpanan salju gunung Alps dan Jura. Kecantikan dan keindahan Geneva Lake tetap bertahan, karena pemerintah setempat merupakan Wali yang bertanggungjawab melindungi dan menjaga martabat Geneva sebagai kota turist berskala internasional.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Sepanjang sungai Rhône membujur taman bunga beraneka warna yang diperindah dengan cahaya lampu penghias di waktu malam, semakin mempesona para wisata. Siapapun yang pernah berjalan sepanjang Rhone, akan berhayal; “</span><i><span style="font-family: "Georgia","serif";">Seandainya pantai Laut Tawar dari arah Mendalé hingga Bôm dan dari arah Dedalu menuju sungai Pesangan ditata dengan seni arsitektur yang berciri Gayo secara profesional -artinya, tidak ada lagi gubuk nelayan, yang mirip gubuk suku Dayak terasing Kalimantan Timur itu- dan menukarnya dengan taman bunga.”</span></i><span class="apple-converted-space"> </span><span class="fullpost">Mungkin khayalan tadi akan menjelma dan Peteri Bensu bersaudara turun dari singgasana menyambut Malim Dewa (baca: wisatawan) seraya menyapa: “</span><i><span style="font-family: "Georgia","serif";">Inilah daku, Gayo!”</span></i><br />
<br />
<span class="fullpost">Tidak guna lagi meratapi Laut Tawar dalam syair, sementara tangan kita mengotorinya; memuja dalam sastera, sementara mendera di alam nyata. Jangan biarkan keindahan Laut Tawar terbengkalai. Sisir rambut Pantai Menye (manja) agar tak kusut, mandikan dengan aroma bunga Renggali agar kaki turis tidak tersentuh tahi. Jangan biarkan Inen Mayak Pukes kesepian dan kesejukan dalam kawah gelap gulita. Berilah dia cahaya kehidupan! Pemda Aceh Tengah dan Bener Meriah adalah Wali yang bertanggungjawab melindungi dan menjaga martabat Laut Tawar dan Takengon sebagai kota turist bertarap internasonal.</span><br />
<br />
<span class="fullpost">Ironis memang. Terlepas dari ada orang yang mencemari, mengotori dan mengacuhkannya. Tokh Laut Tawar masih tetap berdiri tegar, masih ramah menyapa, membagi sejuk, menawarkan senyum, pasrah dan ikhlas memberi apa saja yang dimilikinya. Sesekali ia bangkit bersaksi -protes- lewat Belambidé-nya, yang justeru menelan korban, sosok yang tidak pernah menyusahkan dan menyakitinya.</span></span><br />
<br />
<span lang="EN-US" style="color: #333333; font-family: "Georgia","serif"; font-size: 10pt;"><b>Yusra Habib Abdul Gani</b></span><span lang="EN-US" style="color: #333333; font-family: "Georgia","serif"; font-size: 10pt;"><span class="fullpost"> </span></span>HADI SAFRIANDAhttp://www.blogger.com/profile/01244630846519950561noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4283502460536975067.post-37163852434369999012011-04-02T21:31:00.000-07:002011-04-02T21:31:49.484-07:00Memastikan Asal-Usul Orang Gayo<h4>Memastikan Asal-Usul Orang Gayo</h4><h3>200 Siswa di Takengon Menjalani Tes DNA</h3><div class="news-content left"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvDDL0ZsdKt_FsOoWngcw3bvSVO3mWqZe1h1w8SxuYveHiSUzd7RYPNV9l6Jp8i4rmtUQH8d1wGdpBSAFqsYqAZMwrkfTAHLS2yo8U3PLVZ-GtSIB2kGqRtsKvNhlh5mkPC4ZlW9sktPJ8/s1600/kerangkaceruk+mendale.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvDDL0ZsdKt_FsOoWngcw3bvSVO3mWqZe1h1w8SxuYveHiSUzd7RYPNV9l6Jp8i4rmtUQH8d1wGdpBSAFqsYqAZMwrkfTAHLS2yo8U3PLVZ-GtSIB2kGqRtsKvNhlh5mkPC4ZlW9sktPJ8/s320/kerangkaceruk+mendale.jpg" width="320" /></a><span style="font-weight: bold;">TAKENGON </span>- Sebanyak 200 siswa di Takengon, Aceh Tengah, menjalani tes DNA (deoxyribonucleic acid) guna memastikan hubungan darah antara jasad manusia purba yang ditemukan di Ceruk Mendale dan Ujung Karang, Kecamatan Kebayakan dengan masyarakat Gayo sekarang. Para siswa yang diambil sampel darah untuk tes DNA adalah sekolah-sekolah yang berada kawasan berdekatan Kecamatan Kebayakan, yang dianggap memiliki hubungan keturunan dengan manusia purba yang ditemukan pada dua gua tersebut. <br />
<br />
Tim ahli dari Eijkman Institute For Molecular Biologi Jakarta, mulai melakukan pengambilan sampel darah untuk keperluan penelitian DNA warga Takengon dan hasilnya akan dicocokkan dengan DNA kerangka manusia prasejarah yang ditemukan pada dua gua di Kebayakan, yang sebelumnya ditemukan oleh sejumlah arkeolog dari Balai Arkeologi (Balar) Sumatera Utara (Sumut). Sedangkan untuk pengujian tes DNA dari kerangka manusia prasejarah itu diambil sampel gigi. <br />
<br />
Principal Investigator Deputy direcktor Eijkman Institute, Prof Dr Herawati Sudoyo MD PhD yang ditemui Serambi di SMAN 8 Takengon, Sabtu (2/4) mengatakan, tujuan lainnya dari pengambilan sampel darah itu untuk meneliti dan mempelajari keanekaragaman penyakit di Dataran Tinggi Gayo. “Pengambilan sampel darah ini juga kita maksudkan untuk meneliti sejumlah penyakit tropis yang ada di daerah ini, seperti malaria, hepatitis, dan penyakit genetik sel darah merah,” katanya.<br />
<br />
Ia menjelaskan, terkait dengan persoalan pengambilan sampel darah untuk kepentingan penelitian manusia prasejarah yang ditemukan oleh sejumlah peneliti dari Balar, Sumut, di Loyang Mendale dan Loyang Ujung Karang, tujuanya untuk mengetahui apakah ada keterkaitan dengan masyarakat Gayo modern atau tidak. “Selama tiga hari berturut-turut kami sudah mengambil sampel darah 180 siswa di tiga sekolah,” sebut Herawati Sudoyo, kemarin. <br />
<br />
Dikatakan, untuk proses pengujian DNA kerangka manusia purba yang ditemukan di Loyang Ujung Karang, waktunya belum bisa ditentukan berapa lama karena proses yang dilalui akan cukup panjang. “Lamanya proses penelitian DNA kerangka manusia prasejarah itu selain karena prosesnya cukup panjang, kami juga masih ada kegiatan lain di Jakarta yang harus diselesaikan lebih dulu,” pungkas Herawati.<br />
<br />
Sampel darah untuk kepentingan tes DNA itu diambil dari ratusan siswa dari tiga sekolah di Takengon, Aceh Tengah. Pada hari pertama, Kamis 31 Maret, pengambilan sampel darah dilakukan di SMA Negeri 1 Takengon, dilanjutkan ke SMA Negeri 4 Takengon dan pada Sabtu (2/4) pengambilan sampel darah berakhir di SMAN 8 Takengon. Sampel darah juga akan diambil pada siswa SMK Negeri 1 Takengon, SMA Negeri 2 Takengon, dan SMA Muhammadiyah Takengon. <br />
<br />
Pakar Ekoliguistik, Yusradi Al-Gayoni mengatakan, untuk mencari warga suku Gayo yang asli sudah sangat sulit, karena dalam rentang waktu ribuan tahun itu, suku Gayo sudah banyak berasimilasi dengan suku lain, sehingga keturunannya tidak dapat lagi dijadikan sampel untuk menentukan kedekatan antara DNA suku Gayo dengan DNA kerangka manusia prasejarah ditemukan pada dua buah gua di Kecamatan Kebayakan tersebut. <br />
<br />
Untuk itu, kata Yusradi Al-Gayoni, sampel darah yang diambil harus benar-benar warga suku Gayo asli, sehingga hasil penelitian tentang asal-usul suku Gayo dapat terungkap dengan benar. “Kalau teknik pengambilan sampel darah kurang tepat, maka kesimpulan dari penelitian itu akan salah,” ujar Yusradi. <span style="font-weight: bold;">(min/c35)</span></div><div class="news-content left"><span style="font-weight: bold;"> </span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="news-content left"><span style="font-weight: bold;">http://aceh.tribunnews.com/news/view/53071/200-siswa-di-takengon-menjalani-tes-dna </span> </div>HADI SAFRIANDAhttp://www.blogger.com/profile/01244630846519950561noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4283502460536975067.post-85441100682696803312011-04-02T04:14:00.000-07:002011-04-02T04:14:14.861-07:0015 Daerah di Aceh Langgar UU Perbendaharaan Negara<h4></h4><h3>15 Daerah di Aceh Langgar UU Perbendaharaan Negara</h3><h4>* Belum Serahkan Hasil Penggunaan APBK/APBA 2010 ke BPK</h4><div class="attributes"> <a href="http://aceh.tribunnews.com/columns/view/4/utama">Utama</a> </div><div class="news-content left"> BANDA ACEH - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menyatakan, sampai 1 April 2011 kemarin, dari 23 kabupaten/kota di Aceh, baru delapan yang telah menyerahkan laporan penggunaan dana APBK-nya kepada BPK. Ini artinya, masih 15 kabupaten/kota lagi plus pemerintah provinsi yang belum menyerahkan dokumen penggunaan dana APBK-nya untuk diaudit.<br />
<br />
“Berdasarkan Pasal 56 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, gubernur dan bupati/wali kota menyerahkan laporan penggunaan dana APBA/APBK tahun lalunya kepada BPK untuk diaudit, paling lambat tiga bulan setelah tahun anggaran baru berjalan,” ujar Kepala BPK Perwakilan Aceh, Abdul Rifai Sholeh melalui Kabag Hukum dan Humas BPK Perwakilan Aceh, Rizaldi kepada <span style="font-style: italic;">Serambi</span> di ruang kerjanya, Jumat (1/4). <br />
<br />
Delapan kabupaten yang telah menyerahkan dokumen penggunaan dana APBK-nya, sebut Rizaldi, adalah Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh Selatan, Gayo Lues, Aceh Tamiang, Kota Lhokseumawe, Aceh Utara, dan Bener Meriah. Sisanya 15 kabupaten/kota lagi plus provinsi sampai kini belum menyerahkan dokumen penggunaan dana APBK/APBA tahun lalunya kepada BPK. Ke-15 kabupaten itu meliputi: Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Timur, Aceh Tenggara, Simeulue, Aceh Jaya, Aceh Barat, Aceh Barat Daya, Nagan Raya, Aceh Singkil, Kota Subulussalam, Langsa, dan Kota Sabang. <br />
<br />
Rizaldi mengatakan, terhadap 15 kabupaten/kota yang tidak disiplin menyerahkan dokumen penggunaan dana APBK tahun lalunya kepada BPK, memang belum ada sanksinya. Tapi BPK menilai, kabupaten/kota yang belum menyerahkan dokumen penggunaan dana APBK-nya sampai tiga bulan saat tahun anggaran baru berjalan, dapat disimpulkan sementara bahwa pengelolaan keuangan daerahnya bermasalah.<br />
<br />
Kabupaten/kota yang selalu terlambat menyerahkan dokumen penggunaan APBK tahun lalunya untuk diaudit, ungkap Rizaldi, pada waktu diaudit banyak ditemukan dugaan penyimpangan dan penyalahgunaan keuangan negara. Kecuali itu, nilai atau opini laporan hasil pemeriksaan (LHP) APBK-nya, hanya mendapat nilai wajar dengan pengecualian (WDP), tidak mendapat opini bagus, yaitu wajar tanpa pengecualian (WTP).<br />
<br />
Contohnya, Bireuen, Aceh Jaya, Simeulue. Opini LHP APBK-nya, kalau tidak mendapat opini disclemer (buruk), ya paling tinggi WDP. Kabupaten/kota yang LHP APBK-nya mendapat nilai WDP, pada umumnya sistem pengelolaan keuangan dan pengawasan internalnya masih sangat lemah. <br />
<br />
Ini terjadi, menurut Rizaldi, bisa disebabkan sumber daya manusia (SDM) di bagian keuangan daerahnya sangat terbatas, atau jumlah akuntannya sedikit, sehingga mereka tak mampu membuat sistem pelaporan keuangan yang tepat waktu dan benar. Tapi di sisi lain bisa juga karena faktor politis. Misalnya, keinginan untuk membuat belanja yang besar, sementara kemampuan pendapatan daerahnya rendah.<br />
<br />
Selain itu, perseteruan antara eksekutif dan legislatif setempat dalam hal pagu anggaran belanja. Berbeda dengan Banda Aceh dan Aceh Tenggah. Dua kabupaten ini selalu saja LHP APBK-nya mendapat opini WDP. Laporan keuangannya telah berjalan baik dan memenuhi standar akuntansi nasional. Temuan dugaan penyimpangan dan penyalahgunaan kekuasaan dan keuangannya sangat sedikit. Kalaupun ada, hanya pada kesalahan administrasi. Itu pun kesalahan administrasinya setiap tahun menurun, setelah mendapat pembinaan dan teguran dari BPK.<br />
<br />
Rizaldi mengatakan, sebenarnya tidak ada alasan bagi kabupaten/kota dan Pemerintah Aceh untuk selalu terlambat menyerahkan dokumen penggunaan dana APBK/APBA-nya ke BPK untuk diaudit. Sebab, jadwal penyusunan APBK/APBA telah disusun dan diatur dalam Permendagri dan UU Perbendaharaan negara maupun Keuangan Negara, kapan waktunya untuk penyusunan dan kapan harus dipertanggungjawabkan. <br />
<br />
<span style="font-weight: bold;"> Dana tambahan</span><br />
Daerah-daerah yang selalu tepat waktu melaksanakan pertanggungjawaban keuangan daerahnya kepada BPK, kata Rizaldi, akan diberikan dana tambahan anggaran pembangunan dari Menkeu. Buktinya, Kota Banda Aceh sering mendapat belanja tambahan anggaran pembangunan dari pemerintah pusat atas prestasinya selalu mendapat opini WDP. Begitu juga Aceh Tenggah dan lima daerah lainnya yang telah mendapat LHP APBK-nya dengan opini WDP. <span style="font-weight: bold;">(her)</span></div>http://aceh.tribunnews.com/news/view/52999/15-daerah-di-aceh-langgar-uu-perbendaharaan-negaraHADI SAFRIANDAhttp://www.blogger.com/profile/01244630846519950561noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4283502460536975067.post-77237972720877603382011-03-25T00:34:00.000-07:002011-03-25T00:34:03.640-07:00Apa Kabar PLTA Peusangan?Pembangunan PLTA Peusangan, salah satu harapan masyarakat Aceh mengatasi krisis listrik di Aceh. Pernyataan sekarang bagaimana perkembangan proyek raksasa tersebut?<br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7Fb4sefebgw4GFCIS0yJ-VZrkM-bpGMgcZ91hx806R-EGyi0Zbcyd1Idwlb6jNYm-K4Lrvv_uouRdrlvD5rCmhrrvPFYN9yulvvBv-cWZAPxramHhed0-qiAKIQE6v80a6mbxuySODwCZ/s1600/plta.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="214" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7Fb4sefebgw4GFCIS0yJ-VZrkM-bpGMgcZ91hx806R-EGyi0Zbcyd1Idwlb6jNYm-K4Lrvv_uouRdrlvD5rCmhrrvPFYN9yulvvBv-cWZAPxramHhed0-qiAKIQE6v80a6mbxuySODwCZ/s320/plta.jpg" width="320" /></a>Salah satu penyebab rendahnya investasi di Aceh karena daerah itu kekurangan daya listrik. Para calon investor yang sudah menandatangani MoU terpaksa mengalihkan usahanya ke daerah lain lantaran terkendala listrik. Aceh adalah salah satu daerah di Indonesia yang mengalami krisis listrik sejak lama. <br />
<br />
Menyadari hal ini Pemerintah Aceh mengenjot pembangunan intalisasi listrik. Pembangunan PLTA Peusangan di Takengon, Aceh Tengah, yang berkapasitas 86 MW, direncanakan dibangun di Kecamatan Laut Tawar, Kecamatan Silih Nara dan Kecamatan Celala, Aceh Tengah. PLTA tersebut direncanakan menghasilkan daya listrik sebesar 86,4 MW Listriknya akan disalurkan melalui Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 V ke Gardu Induk di Takengon, Kabupaten Aceh Tengah dan ke Gardu Induk di Bireuen, <br />
<br />
Jaringan transmisi tersebut diperkirakan sepanjang 76 km dan akan melewati kawasan lindung di luar kawasan hutan, kawasan pertanian, pemukiman, perkebunan di Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Bireuen.<br />
<br />
Kehadiran PLTA Peusangan 1 dan 2 yang pembangunannya menelan biaya sekitar Rp 3 triliun diharapkan bisa mengatasi krisis listrik yang dialami warga Aceh. Dengan kapasitas 86 MW, PLTA Peusangan mampu memasok energi listrik untuk seluruh Provinsi Aceh.<br />
<br />
PLTA Peusangan 1 dan 2 nantinya akan menggunakan air Danau Laut Tawar sebagai sumber penggerak turbin. Selama ini, air yang mengalir dari danau itu lebih banyak digunakan untuk kebutuhan proyek - proyek vital di Aceh Pupuk Iskandar Muda dan PT Asean Aceh Fertilizer.<br />
Sebelumnya, proyek PLTA Peusangan 1 dan 2, tertunda beberapa tahun karena situasi konflik yang melanda Aceh. Saat itu, Karena proyek itu belum dikerjakan, masyarakat di sepanjang krueng Peusangan memanfaatkan aliran sungai sebagai lokasi budidaya ikan air tawar dengan mendirikan keramba.<br />
<br />
Dampak dari pembangunan proyek itu, ratusan keramba (jaring tancap) milik warga di sepanjang krueng (sungai) Peusangan akan tergusur. Jumlah keramba di sepanjang Krueng Peusangan, mulai dari hulu sungai hingga Kampung Angkup Kecamatan Silih Nara mencapai 400 ratus unit lebih. Keramba-keramba itu dimanfaatkan warga sebagai lokasi budidaya ikan air tawar seperti ikan mujahir, ikan mas, dan sejumlah ikan air tawar lainnya.<br />
<br />
Besarnya harapan yang digantungkan kepada PLTA Peusangan bukanya tanpa masalah. Ada semacam kekhawatiran dengan hadirnya Plta Peusangan akan merusak lingkungan. Menurut JBIC, “Proyek Pembangunan PLTA Peusangan dan Jaringan Transmisi” dikategorikan sebagai Kategori A. Itu berarti proyek ini kemungkinan membawa dampak besar negatif. <br />
<br />
Proyek yang dikategorikan A, JBIC sendiri harus mengumumkan laporan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) sesuai “Panduan JBIC mengenai Pertimbangan Sosial dan Lingkungan Hidup (April 2002)”. Di Indonesia AMDAL terdiri dari analisis dampak lingkungan (ANDAL), rencana pengelolaan lingkungan (RKL) dan rencana pemantauan lingkungan (RPL).<br />
<br />
Menurut laporan “ANDAL PLTA Peusangan” dan laporan “ANDAL Pembangunan Jaringan Transmisi 150 KV GI Takengon ke PLTA Peusangan 1&2-GI Bireuen”, diperkirakan ada beberapa dampak negatif yang besar, termasuk masalah pembebasan tanah. Untuk prasarana konstruksi Proyek PLTA Peusangan 1&2, lahan seluas 236,8 ha harus dibebaskan. Dari lahan seluas 236,8 ha, hanya lahan seluas 200 ha yang sudah dibebaskan. Di atas lahan tersebut terdapat beberapa fasilitas umum seperti SMP (1 unit), SD (2 unit), TK (1 unit) dan meunasah (2 unit) dan fasilitas umum tersebut sudah dipindahkan.<br />
<br />
Lahan seluas 36,8 ha akan dibebaskan kemudian. Untuk proyek Jaringan Transmisi, 6,37 ha perlu dibebaskan. Menggarisbawahi bahwa PLTA Peusangan 1&2 akan membuat efek negatif yang lebih besar daripada efek positifnya, sesuai dengan penerbitan Katagori A oleh JBIC yang berarti PLTA Peusangan akan menimbulkan tingkat dampak negatif yang besar.<br />
<br />
Meskipun data tersebut, tidak mencantumkan efek dari perubahan bentang alam yang berpotensi mengancam kelestarian ribuan biota asli danau/sungai, seperti degradasi ekosistem danau Laut Tawar dan DAS Krueng Peusangan; degradasi lahan sawah, pertanian dan perkebunan masyarakat; debit sungai/danau menjadi menyusut sehingga mengkhawatirkan akan ketersediaan air bagi masyarakat setempat; hingga terjadinya perubahan pranata sosial, kehilangan mata pencaharian masyarakat akibat pembongkaran tanah/keramba. Itu belum termasuk, perkiraan jumlah minus karbon dari kawasan danau Laut Tawar dan DAS krueng Peusangan jika PLTA ini jadi dibangun kata Yasuyuki dari JBIC. <br />
<br />
Masalah lain yang tidak kalah pelik adalah, ganti rugi usaha keramba-keramba di sepanjang Sungai Peusangan. keramba-keramba milik warga itu dipastikan akan dibongkar sehingga aliran Sungai Peusangan yang selama ini ‘dihiasi’ dengan jejeran ratusan keramba milik warga akan berganti dengan pembangunan proyek raksasa tersebut.<br />
<br />
Pemilik keramba mengatakan hingga saat ini proses ganti rugi itu belum jelas,“ kejelasan Kapan dimulai proyeknya itu, belum diketahui,” kata Bambang salah seorang pemilik keramba. Dikatakan, pendirian keramba di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Peusangan sudah dimulai sejak sepuluh tahun lalu, Dengan adanya keramba-keramba itu, sedikit banyak telah membantu sejumlah warga dengan memelihara ikan air tawar sebagai sumber pendapatan tambahan keluarga. “Kalau memang harus dibongkar, nggak jadi masalah, karena memang untuk kepentingan yang lebih besar, meskipun ada sebagian warga disini menjadikan keramba sebagai usaha utama mereka,” ujar Bambang.<br />
<br />
Ramlan, ketua Asosiasi Permerhati dan Desa di Kabupaten Aceh Tengah mengatakan hingga saat ini lahan yang sudah dibebas adalah 70 persen, lahan ini sudah dibebaskan sejak lama, sedangkan untuk pembebasan Keramba-keramba belum satupun dilakukan. <br />
<br />
Ironisnya, Kejelasan tentang proses ganti rugi dari Pemkab Aceh Tengah juga tidak begitu jelas. Bagaimanakah harga Ganti Rugi atau Ganti Usaha setiap keramba juga belum diketahui. Ramlan mengatakan seharusnya Pemkab Aceh Tengah, memperjelas hal ini agar tidak ada masalah dikemudian hari” Kita mengharapkan jangan sampai ada oknum-oknum dari Pemkab Aceh Tengah yang memamfaatkan situasi ini untuk kepentingan pribadi dan menghambat proyek ini” kata Ramlan. <br />
<br />
Begitu juga untuk masalah Tenaga kerja nantinya kata Ramlan, sudah seharusnya ada semacam proritas kepada pribumi” Dalam artian sesuai dengan keahlian masing-masing, bagaimanapun dengan adanya proritas akan menumbuhkan rasa memiliki di diri masyarakat pribumi” jelas Ramlan lagi. <br />
<br />
Saat ini, kegiatan yang ada di proyek PLTA Peusangan, masih sebatas pekerjaan pisik dan rehabilitasi bangunan yang sudah ada sebelumnya diluar pemasangan intalisasi” Belum ada karyawan, yang ada buruh-buruh kasar yang merupakan tenaga lepas dengan jumlah 150 orang” kata Ramlan. <br />
<br />
Ia menghimbau kepada masyarakat luas, jangan percaya kepada oknum-oknum yang mengaku bisa memasukan karyawan ke PLTA Peusangan. Belakangan ada isu yang berhembus kalau PLTA Peusangan sudah membuka lowongan untuk karyawan” Semua itu tidak benar, kita masih menunggu keputusan dari pihak PLTA Puesangan, masih ada proses panjang yang dilakukan termasuk keputusan dari Dinas Tenaga Kerja setempat” jelas Ramlan lagi. <br />
<br />
Jika melihat fakta yang seperti yang ditulis oleh Rahmat RA, di Harian Aceh, Saat ini, listrik di Aceh masih sangat tergantung dengan Sumut. Betapa tidak, 70 persen kebutuhan listrik di Aceh dipasok dari sana. Selain itu, defisitnya arus listrik di Sumatera Utara yang disuplai melalui PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) Belawan, dan PLTA Maninjau di Medan, selain mendapat suplai dari PLTD Lueng Bata, Banda Aceh.<br />
<br />
Krisis listrik di PT PLN Pembangkit listrik dalam sistem Sumut-Aceh atau Sumbagut berimbas pada penyuplaian arus listrik ke Aceh. Apalagi permintaan pelanggan yang terus meningkat terhadap energi listrik ini mengakibatkan semakin tak mencukupi. <br />
<br />
Tahun 1997 PT PLN Pembangkit Sumbagut mampu menghasilkan energi sebesar 900 MegaWatt (MW), sementara kebutuhan pelanggan saat itu hanya 535 MW. Tahun 2008 permintaan pelanggan meningkat menjadi 1.090 MW, sedangkan kemampuan pembangkit hanya 950 MW yang dipasok untuk seluruh Sumatera Utara dan Aceh. Sementara itu kian hari pelanggan makin bertambah. <br />
<br />
Saat ini pemakaian puncak di Aceh mencapai 232 MW, sedangkan suplai arus dari sistem isolated tetap 63 MW. Agar listrik di Aceh kembali normal seharusnya pasokan listrik dari Sumatera Utara sebesar 169 MW. Namun karena ada kerusakan dan perbaikan mesin, serta kemampuan pembangkit untuk menghasilkan energi listrik relatif rendah yang berakibat defisitnya arus listrik di PLN Sumut, suplai arus listrik ke Aceh terpaksa dikurangi sebesar 8 MW/perhari. <br />
<br />
Usaha mengatasi krisis listrik oleh PT PLN Wilayah Sumbagut ini pun terkendala karena PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) yang diharapkan dapat membantu menyuplai kekurangan arus tak dapat berkutik disebabkan permukaan air Danau Toba terus menyurut, sumber energi listrik mereka pun melemah, akibatnya produksi energi listrik ikut menurun.<br />
<br />
Ketergantungan pasokan listrik bagi wilayah di Aceh melalui jaringan interkoneksi Sumatera Utara (Sumut) belum juga bisa ditanggulangi. Kenyataan ini sangat ironis jika ditilik dari sumber energi yang melimpah di perut bumi Aceh. Sejatinya—kalau bisa dimanfaatkan—tidak hanya untuk mencukupi energi listrik di wilayah Aceh, bahkan bisa mencukupi seluruh pulau Sumatera.<br />
<br />
Data sumber daya energi Aceh dilaporkan, dalam perut bumi Aceh terdapat kandungan energi panas bumi (geothermal) dan air (hydropower) cukup besar. Cadangan energi panas bumi di Gunung Seulawah dan Krueng Raya, Aceh Besar, masing-masing sebesar 250 mega watt (MW), Gunung Jaboi di Pulau Weh 74,14 MW, dan Gayo Lasten, Aceh Tengah, sebesar 589,42 MW.<br />
<br />
Sementara sumber energi hydropower terdapat di sejumlah sungai di Aceh. Di antaranya di Krueng Aceh (5,20 MW), Krueng Teunom (41,10 MW), Krueng Leumih (7,70 MW), Krueng Meureudu (62,60 MW), Krueng Jambo Aye (471,90 MW), Krueng Ramasan (101,80 MW). Krueng Peureulak (20,80 MW), Kreung Tampur-Tamiang (126,90 MW), Krueng Biadin (98,60 MW), Krueng Peusangan (88,90 MW), Danau Laut Tawar/Bidin (73,30 MW), Danau Laut Tawar/Jambo Air (41,90 MW), Krueng Pantan Dedalu (7,90 MW), Lawe Alas (268,10 MW), dan Lawe Mamas (65,80 MW).<br />
<br />
Kalau ditilik lebih jauh lagi, Aceh juga memiliki potensi batu bara yang cukup besar. Di Kecamatan Meurebo dan Kecamatan Kaway XVI, Aceh Barat, diperkirakan memiliki batu bara sebesar 571 juta ton dan cadangan hipotesis batu bara lebih kurang 1,7 miliar ton. Ditambah lagi cadangan minyak bumi di Aceh sebesar 94,473 million stock tank barrel (MSTB) di sepanjang pantai utara dan timur—daratan seluas 8.225,19 km2 dan di lepas pantai Selat Malaka 38.122,68 km2—dan memiliki cadangan gas bumi sebesar 10,3787 billion standar cubic feet (BSCF). <br />
<br />
Sepertinya impian masyarakat tidak ada lagi pemadaman lampu masih jauh panggang dari api. Angin surga yang di hembuskan oleh Pemerintah, tahun 2012 tahun 2012 Aceh akan menjadi daerah lumbung energi listrik masih jauh dari harapan, ada kesan kurangnya keseriusan pemerintah terutama Pemda Aceh Tengah dan tentu saja pemerintah Aceh untuk mengenjot hal ini. <br />
<br />
Proyek pembangunan PLTA Peusangan yang berkapasitas 86 MW tersebut sendiri, saat ini masih dalam proses tender yang diikuti oleh dua perusahaan dari Jepang dan Korea. “Pemenang tender akan diumumkan akhir tahun ini. kata Direktur Utama (Dirut) PT PLN Dahlan Iskan menjawab wartawan ketika meninjau Kapal Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Apung, di Punge Blangcut. <br />
<br />
Ramlan mengatakan, dalam untuk mendukung proyek PLTA Peusangan, seharusnya harus ada inisiatif dari pihak-pihak terkait untuk melibatkan berbagai element masyarakat, tokoh masyarakat setempat, LSM dan Media serta pihak lain yang terkait untuk melakukan pengawasan agar proyek ini berhasil” <br />
<br />
"Bagaimanapun, kita tentunya sangat bersyukur dengan adanya investor yang masuk ke Aceh, selain memberikan PAD bagi daerah dan menampung tenaga kerja juga mengatasi krisis energi listrik di Aceh, nah sekarang tinggal menjaga kepercayaan tersebut dengan take and give (menerima dan memberi) dalam hal ini, agar tidak satu pihakpun yang dirugikan” jelas Ramlan. <br />
<br />
Masyarakat tentu saja berharap angin surga tersebut akan menjadi kenyataan, tidak semudah membalikan telapak tangan memang untuk membenahi pasokan energi listrik di Aceh, namun bagaimanapun pemerintah mempunyai tanggung jawab dalam hal ini. Terlepas dari itu semua hanyalah waktu yang bisa menjawab keseriusan Pemerintah dalam hal ini. (Arsadi Laksamana).HADI SAFRIANDAhttp://www.blogger.com/profile/01244630846519950561noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4283502460536975067.post-81979897628887190052011-03-24T22:56:00.000-07:002011-03-24T22:56:36.391-07:00Masam Jing oh Masam Jing<link href="file:///C:%5CUsers%5CChiqa%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CChiqa%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CChiqa%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieertwC3bw3qGhN_vv_YMG62FwfcOk_OHJNIx3RAJmpkF4-nwC_g0S2w_BVEUabA2q_mASJS-pEhs6zsHL71DUwnSRvGA8Emg6W4PotAckJTyrWxZW6fny1X2Go8w0ClMTy9G5pWMM-NkA/s1600/IMG_4458.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieertwC3bw3qGhN_vv_YMG62FwfcOk_OHJNIx3RAJmpkF4-nwC_g0S2w_BVEUabA2q_mASJS-pEhs6zsHL71DUwnSRvGA8Emg6W4PotAckJTyrWxZW6fny1X2Go8w0ClMTy9G5pWMM-NkA/s320/IMG_4458.jpg" width="320" /></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Setelah sekian lama saya berada diperantauan, berkutat dengan bermcam kegiatan yang terkadang bersifat monoton yang membuat sedikit jenuh untuk terus berada dalam lingkungan yang sedang kujalani tersebut. Akhirnya kesempatan untuk berlibur kudapatkan juga yang pasti terfikir dibenak pertama sekali adalah mudik, bahkan dalam waktu-waktu ini kurasakan sepertinya dunia berputar semakin lambat, bahkan jarum jam dinding bergerak semakin lama dari biasanya. Kerinduan akan sanak famili semakin begitu kuat mendorong dari dalam jiwa terutama makanan istimewanya yang memang sudah sangat lama tidak menari diatas lidah. Perjalanan pulang kampung saya kali ini memang sengaja saya niatkan mencari makanan khas yang enak yang sudah lama tidak saya rasakan.<br />
<br />
Dari sebuah bandara internasional negara tetangga saya lasung menuju ke Bandara Polonia Medan, lalu dilanjutkan dengan perjalanan naik bus antar provinsi langsung menuju Takengon Aceh Tengah. Jarak tempuh Medan - Takengon kurang lebih 10 jam. Awalnya saya berkeinginan melakukan perjalanan siang dengan harapan dapat menikmati panorama alam disepanjang perjalanan saya, tetapi karena bus yang tersedia hanya melakukan perjalan diwaktu malam, maka saya memutuskan untuk beristirahat saja didalam bus.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWfjJEX4XyS6ru7Xg5uMrWtngCcOhgdQrWBlXdmI-wJmXXEh8SBRt32PDNjdx4sPWz9Ri7dm1NLDwkqguLmeCufH-1DUAwn4lBDN-ozff-j7jj451bJhtrdecatbafE4Nd69ZPgO1mRzMd/s1600/gayo+coffee.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWfjJEX4XyS6ru7Xg5uMrWtngCcOhgdQrWBlXdmI-wJmXXEh8SBRt32PDNjdx4sPWz9Ri7dm1NLDwkqguLmeCufH-1DUAwn4lBDN-ozff-j7jj451bJhtrdecatbafE4Nd69ZPgO1mRzMd/s200/gayo+coffee.jpg" width="150" /></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kira-kira menjelang jam 6 pagi akhirnya sampai juga di terminal kota Takengon, udara segar dan hawa sejuknya terasa menggigit tulang kurasakan melebihi sejuknya udara yang dikeluarkan oleh airconditioner bus. Kabut masih menyelimuti kota kecil dataran tinggi ini yang perlahan-lahan pergi seiring dengan tersenyumnya mentari pagi. Sambil memandang sekeliling,pertama sekali terlihat adalah sebuah warung kecil yang menyediakan sarapan pagi. Dikarenakan dinginnya cuaca saya Cuma berfikir untuk menikmati secangkir kopi arabika asli daerah ini, yang konon katanya rasanya melebihi kopi starbuck yang terkenal itu. Sambil menunggu racikan kopi istimewa yang saya pesan selesai, aroma pulut panggang sudah kembali menggugah rasa lapar...hmmm secangkir kopi plus pulut panggang nikmat juga. <o:p></o:p></span></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQ7szq-LBjY5HU_4KeW79sGwmcOpfoMCwaet8wSp3FZ7ScafsE-FQDi_F5s44vAzc7mybHx5rpQ-nKEMco2-a4oi8QgKTr9Mixgoh8-ESSTh90kfLZ1DNUvPieiT1_gHg51nS7pP_S5DgV/s1600/secangkir+kopi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="298" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQ7szq-LBjY5HU_4KeW79sGwmcOpfoMCwaet8wSp3FZ7ScafsE-FQDi_F5s44vAzc7mybHx5rpQ-nKEMco2-a4oi8QgKTr9Mixgoh8-ESSTh90kfLZ1DNUvPieiT1_gHg51nS7pP_S5DgV/s400/secangkir+kopi.jpg" width="400" /></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pulut panggang merupakan makanan ringan masyarakat Aceh yang biasa disajikan dengan kopi atau teh, yang dibuat dari beras ketan dicampur dengan santan dari kelapa yang telah tua. Pulut panggang dibungkus menggunakan daun pisang lalu dipanggang dibara dengan suhu yang teratur hingga matang. Sebelum dipanggang diatas bara, pulut terlebih dulu dukukus hingga setengah matang baru di panggang. Rasa pulut manis dan gurih ditambah harum bau daun pisang, biasa dimakan begitu saja atau dimakan dengan sri kaya atau juga sering dimakan dengan durian, makanan ini bisa dijumpai dihampir seluruh Aceh.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKy1ncZb8aN5nPhn6ByDmBLpNcEa3IAzBgZnUKaCVr_udKIJn6DbIlf3CjxABczvGrOy3nIVynO7fFupNv8E7vzSrdCeEi8_PjPpqR4IX0G5PUbczh0s6EZSYDoE71w26UW88bSDn1N05c/s1600/pulut+panggang2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKy1ncZb8aN5nPhn6ByDmBLpNcEa3IAzBgZnUKaCVr_udKIJn6DbIlf3CjxABczvGrOy3nIVynO7fFupNv8E7vzSrdCeEi8_PjPpqR4IX0G5PUbczh0s6EZSYDoE71w26UW88bSDn1N05c/s320/pulut+panggang2.jpg" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Setelah puas menikmati suguhan kecil dipagi yang sejuk, isteri dan dua bidadariku datang menjemput dengan senyuman khas mereka apalagi sibungsu yang masih cedal dalam mengucapkan kata perkata. Sepanjang perjalanan pulang saya meminta isteri untuk dibuatkan makanan favorit yang memang telah lama saya rindukan yaitu ASAM JING IKAN DEPIK. Tanpa tedeng aling-aling istri langung membelokan stir mobilnya menuju pasar bawah Takengon untuk membeli Ikan depik ciri khas danau Laut Tawar dan ikan mujahir serta campuran pelengkap lainnya seperti kunyit, cabe, asam jantar (jeruk yang berasa seperti cuka), dedemir (jamur), Terpuk (kincung), dan bahan-bahan lainnya yang telah tersedia dipasar ini.<o:p></o:p></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9-XQ4cxYRA0rJdwP5gbJFID4DXToEPvoUvj9s0ADMa6ftuPg_JEBFBgfZBJprXtqvdVDG1d-HWPwlxI3P8Y-ry-RBShyphenhyphenPeZwLlLB5a61L_6RfEoCmHTXNbi-mJTWlLRmiC-WA-syQBh9L/s1600/ragam-sayur-sayuran.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="312" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9-XQ4cxYRA0rJdwP5gbJFID4DXToEPvoUvj9s0ADMa6ftuPg_JEBFBgfZBJprXtqvdVDG1d-HWPwlxI3P8Y-ry-RBShyphenhyphenPeZwLlLB5a61L_6RfEoCmHTXNbi-mJTWlLRmiC-WA-syQBh9L/s320/ragam-sayur-sayuran.JPG" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKhCB9amBFZfjOCNRTgT9ZQ1WQEStF2g2Vxnmsa9t8y09LonDY__5nyWjqhYRPIth1XALKeKIVJ0VlgcxAy1ekTScMBOW4AAxtfc74boFTC4f8EwKhdAzPuCeGC68aey-TcGLEfoYHQsH8/s1600/IMG_4470.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKhCB9amBFZfjOCNRTgT9ZQ1WQEStF2g2Vxnmsa9t8y09LonDY__5nyWjqhYRPIth1XALKeKIVJ0VlgcxAy1ekTScMBOW4AAxtfc74boFTC4f8EwKhdAzPuCeGC68aey-TcGLEfoYHQsH8/s320/IMG_4470.jpg" width="320" /></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Akhirnya sampai juga saya diistana kecil yang telah kami tempati selama 8 tahun dalam suka dan duka. Tak berapa lama kemudian aroma masakan tersebut mulai menusuk hidung serta membangkitkan rasa lapar untuk segera menyantapnya. Dalam waktu tak lebih dari satu jam masakan tersebut telah tersedia diatas bale-bale dihidangkan didalam kuali tanah. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Ditambah dengan Cecah Agur (terong belanda) dengan rasa empan dan sedikit pedas serta sayur rebus pucuk Labu Jipang. Bahan cecah agur ini sangat mudah ditemui didaerah pegunungan terutama di dataran tinggi gayo. Cara mengolahnyapun tidak terlalu rumit, terong belanda yang sudah matang dikupas dan dihaluskan dengan ulekan dan ditambah dengan bawang merah, cabe merah, dan sedikit garam, dengan menambahkan empan dan gegarang menambah nilai plus karena rasanya seperti aroma mint yang menyegarkan nafas serta menggigit lidah bagi yang menikmatinya. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Sungguh kuliner yang diimpikan dan tak mungkin terlupakan. Makanan khas Gayo ini dapat ditemui dibeberapa restoran di kota Takengon, dengan harga sangat terjangkau dengan kantong semua kalangan. serta msih banyak makanan-makanan lain yang menawarkan cita rasa yang khas.</span>HADI SAFRIANDAhttp://www.blogger.com/profile/01244630846519950561noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4283502460536975067.post-44278142269058905182011-03-23T09:15:00.000-07:002011-03-23T09:15:57.451-07:00Kebun Kopi Bisa Jadi Produk Pariwisata<span class="Apple-style-span" style="border-collapse: separate; color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: small; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: normal; orphans: 2; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 18px;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggOVi2JOMGKBLSsunkn0NH58m2xBFNPtCfhZwZbOjp4dodPXPrMX0gmClSxqWs5AmNCS8PDlHOEt8sAVhkHjl4Co8A5dxp6K1YKtF0OFFpW1euSBmSCHYfJBEYrXIq1je7TZC5YYvUO6xN/s1600/foto+minum+kopi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="165" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggOVi2JOMGKBLSsunkn0NH58m2xBFNPtCfhZwZbOjp4dodPXPrMX0gmClSxqWs5AmNCS8PDlHOEt8sAVhkHjl4Co8A5dxp6K1YKtF0OFFpW1euSBmSCHYfJBEYrXIq1je7TZC5YYvUO6xN/s320/foto+minum+kopi.jpg" width="320" /></a></div><strong>JAKARTA, KOMPAS.com</strong><span class="Apple-converted-space"> </span>- Perkebunan kopi ternyata berhubungan erat dengan pariwisata. Kebun kopi bisa menjadi produk pariwisata. "Sebenarnya kita ada origin tour, jadi datang ke perkebunan kopi. Kita pernah kedatangan tamu dari Australia, Amerika, dan Thailand. Jadi bisa saja suatu saat kerja sama dengan Kemenbudpar untuk dikembangkan jadi produk pariwisata," kata Kepala Juri sekaligus Ketua Asosiasi Kopi Spesial Indonesia, Tuti Mochtar pada acara Indonesian Barista Competition 2011 untuk final regional Jakarta di Fx Jakarta, Sabtu (19/3/2011).<br />
Seperti yang dituturkan Executive Director Asosiasi Kopi Spesial Indonesia, Ina Murwani, daerah-daerah penghasil kopi yang terkenal adalah Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi, dan Flores. Hanya saja tingkat konsumsi masyarakat Indonesia pada kopi berkualitas masih rendah. "Secara kuantitas, penjualan di Indonesia masih kalah dibanding Australia. Penjualan. per bulan di Australia sama dengan seminggu di Indonesia," kata Adi Taroepratjeka, seorang konsultan kopi sekaligus juri Indonesian Barista Competition 2011.<br />
Ia menuturkan kopi Indonesia sebenarnya bagus. Hanya saja, orang Indonesia sering melihat kopi yang bermerek luar negeri. "Seringnya orang kita datang ke<span class="Apple-converted-space"> </span><em>coffee shop</em><span class="Apple-converted-space"> </span>untuk cari<span class="Apple-converted-space"> </span><em>image</em><span class="Apple-converted-space"> </span>bukan cari pengalaman minum kopi," kata Adi.<br />
Ia tidak memungkiri bahwa orang Indonesia adalah peminum kopi. Namun yang biasa diminum bukap kopi murni. Misalnya kopi jagung. "Tapi kalau makan singkong bakar memang cocoknya dengan kopi jagung, rasanya nyambung," ungkap Adi.<br />
Sayangnya peminum untuk kopi berkualitas standar internasional masih belum banyak. Petani kopi di Indonesia, lanjutnya, bisa memproduksi kopi berkualitas. Tetapi seringkali yang diutamakan petani adalah kuantitas. "Petani kita membuat kopi dari semua biji kopi. Padahal ada yang masih mentah. Kalau orang minum jadi kembung. Mereka pikirnya walaupun produksi kopi seperti itu, selalu ada yang beli. Yang berkualitas itu, biji kopi dipetik satu per satu yang sudah matang. Dalam 10 gram kopi itu terdiri dari 55 butir biji kopi," jelasnya.<br />
Untung, beberapa daerah di Indonesia telah mampu memproduksi kopi berkualitas. "Misalnya Kopi Gayo dan kopi Mandailing dari Sumatera. Demandnya tinggi, jadi kualitas bagus. Kalau daerah lain belum stabil," ungkap Adi.<br />
Ia juga menuturkan kopi asal Papua termasuk yang sedang tren di kalangan penikmat kopi. "Tapi minum kopi Papua kayak russian rolet. Suatu kali minum, kopinya enak. Tapi terus lain kali minum, rasanya aneh," katanya sambil tertawa.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div>Indonesian Barista Competition merupakan ajang perlombaan untuk barista atau orang dengan kemampuang meracik kopi. Di tahun 2011, ajang ini diadakan di lima daerah untuk mendapatkan 30 finalis. Nantinya, ajang tingkat nasional pada 6-9 April 2011 akan menentukan juara pertama sekaligus wakil dari Indonesia untuk ajang Asian Barista Competition. Acara tersebut diadakan oleh Asosiasi Kopi Spesial Indonesia, yang anggotanya terdiri dari pemilik<em><span class="Apple-converted-space"> </span>coffee shop</em>, ahli kopi, konsultan kopi, eksportir kopi, barista, produsen kopi, sampai petani kopi.</span></span>HADI SAFRIANDAhttp://www.blogger.com/profile/01244630846519950561noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4283502460536975067.post-51482024285797264402011-03-19T11:14:00.000-07:002011-03-19T11:14:32.719-07:00Wow.. Beasiswa ke AS untuk Guru SMP-SMA<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSrcPSeJx3PVW7JVDXm3MOCLOx5WSBszM9QJS4sqKDwtcEayvFWmb-vivx8y72gGGVO_BHDK1qbKBDMJsabsNr_9AotvJUOd4tfMjc8aad3ToB7t4OyVrKKK3-VsZNpGrv9Dc0uE1MBlEt/s1600/guru1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="198" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSrcPSeJx3PVW7JVDXm3MOCLOx5WSBszM9QJS4sqKDwtcEayvFWmb-vivx8y72gGGVO_BHDK1qbKBDMJsabsNr_9AotvJUOd4tfMjc8aad3ToB7t4OyVrKKK3-VsZNpGrv9Dc0uE1MBlEt/s320/guru1.jpg" width="320" /></a></div><div style="color: #333333; font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 18px;"><strong>KOMPAS.com</strong> - Kabar gembira bagi para guru SMP atau SMA yang menjadi pengajar penuh bidang studi Bahasa Inggris, Ilmu Sosial, Kewiraan, Matematika, serta Ilmu Pengetahuan Alam. Tahun ini, The International Leaders in Education Program (ILEP) kembali menawarkan beasiswa studi ke Amerika Serikat (AS) tahun akademik 2011/2012. </div><div style="color: #333333; font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 18px;">ILEP adalah program milik Biro Pendidikan dan Kebudayaan Departement Luar Negeri AS. ILEP dikelola oleh IREX (the International Research & Exchanges Board), sebuah organisasi nonprofit yang terletak di Washington DC, AS.</div><div style="color: #333333; font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 18px;">Melalui program beasiswa ILEP ini studi akan berlangsung selama satu semester dalam program akademik di universitas di AS, yang meliputi kuliah dan pelatihan intensif dalam bidang metodologi pengajaran, pembuatan materi pelajaran, strategi mengajar yang disesuaikan dengan tempat dan lingkungan pengajaran, kepemimpinan guru, termasuk penggunaan komputer dan internet, serta<em>software </em>sebagai alat bantu dalam mengajar.</div><div style="color: #333333; font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 18px;">Program ini akan dimulai di bulan Januari 2012 - Mei 2012, yang juga akan melibatkan observasi di sekolah tingkat menengah di AS yang akan menghubungkan peserta secara aktif dengan para guru dan siswa dari AS.</div><div style="color: #333333; font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 18px;">Adapun skema beasiswa ini meliputi biaya orientasi sebelum keberangkatan yang diadakan di Indonesia, tiket pesawat internasional dan domestik di AS, orientasi kedatangan di Washington, DC, biaya studi program akademik, tempat tinggal (umumnya berbagi kamar dengan peserta lain dari program ini), asuransi jiwa dan kesehatan, uang saku selama program akademik di universitas, laptop, dana buku/tunjangan pengembangan profesional dan lain-lainnya.</div><div style="color: #333333; font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 18px;">Bagi yang berminat, pelamar adalah guru sekolah tingkat SMP atau SMA yang menjadi pengajar penuh bidang studi Bahasa Inggris, Ilmu Sosial, Kewiraan, Matematika, serta IPA. Selain itu, kandidat harus berpengalaman mengajar 5 tahun atau lebih dan memiliki kemampuan bahasa Inggris aktif dan pasif yang dibuktikan dengan melampirkan skor ITP/iBT TOEFL minimum 500 atau IELTS 5.0.</div><div style="color: #333333; font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 18px;">Informasi syarat pendaftaran dan formulir bisa diunduh di <a href="http://www.aminef.or.id/fulbright.php?site=fulbright&m=ip-pro-sp-ilep" style="color: #1170a0; text-decoration: none;">http://www.aminef.or.id.</a> Batas waktu untuk mengirimkan aplikasi dan dokumen pelengkapnya ditunggu sampai 15 April 2011.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div><br />
</div>HADI SAFRIANDAhttp://www.blogger.com/profile/01244630846519950561noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4283502460536975067.post-21424779161678264122011-03-19T01:16:00.000-07:002011-03-19T01:16:06.206-07:00Primordialisme Pilkada<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPAX2SsNObrDg1kmWzwohrlxY_5b6_KR1NAchmTuBCR-XeTKrb0kvCKfx3i7Nmppztp9qurg8vSz9VdYMxZtAxhwN5qqPzaEeTCSuQU4vL1B4gTCiWazYR61sFlF3W982sPGJ9ETMdh9qh/s1600/jari+pilkada.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPAX2SsNObrDg1kmWzwohrlxY_5b6_KR1NAchmTuBCR-XeTKrb0kvCKfx3i7Nmppztp9qurg8vSz9VdYMxZtAxhwN5qqPzaEeTCSuQU4vL1B4gTCiWazYR61sFlF3W982sPGJ9ETMdh9qh/s1600/jari+pilkada.jpg" /></a>Sebentar lagi kembali Aceh Tengah serta beberapa daerah kabupaten lain yang berada di kawasan Aceh akan melaksanakan Pesta Demokrasi, pesta rakyat ini tentunya melibatkan segenap lapisan masyarakat tanpa mengenal Etnis, Bahasa, Golongan, kerabat, keluarga bahkan Kepentingan politik, artinya seorang warga negara yang telah memenuhi syarat sebagai pemilih yang ditentukan oleh Undang-Undang memiliki hak untuk memberikan dan memilih calon pemimpin mereka yang akan meng-nakhodai bahtera menuju laut lepas. Tentunya seorang nakhoda yang handal, cekatan dan dapat mengatasi gelombang dan badai yang menerjang.<br />
Kabupaten Aceh Tengah dan Besecara mayoritas memang ditempati oleh suku Gayo namun suku-suku lain juga memiliki peranan penting dalam proses pembangunan yang berlangsung di Aceh Tengah. Keberagaman etnik dan kultur yang melekat di dalam struktur kehidupan masyarakat Dataran Tinggi ini menandakan bahwa negeri seribu bukit1 mampu menjadi sebuah daerah yang madani. Unsur kebersamaan dalam memajukan daerah sepertinya sudah terbiasa dilakukan masyarakat pribumi mulai dari dahulu sampai sekarang. Artinya implementasi kekerabatan dijadikan modal dalam konsep pembangunan.<br />
Dalam keberagaman ini, penentuan pilihan tidak akan terlepas dari keberagaman yang ada termasuk unsur primordialistik. Pertimbangan-pertimbangan keluarga, teman, suku, ras/etnis, agama, kepentingan politik, opini masyarakat/tetangga, opini tim sukses, kepentingan bisnis, kepentingan kenyamanan dan keamanan, kepentingan akan keinginan tata pemerintahan yang baik dan bersih, serta berbagai kepentingan lainnya akan mewarnai pilihan kita.<br />
Terlepas dari hal-hal diatas, masih banyak diantara pemilih yang hanya ikut-ikutan bahkan ada sebagian lagi ragu-ragu dalam menetukan pilihan, hal ini wajar karena Gayo adalah Indonesia Kecil dimana hampir semua suku yang ada di Indonesia berbaur dengan pribumi secara harmonis dan saling menghormati.<br />
keberagaman seperti ini adalah satu hal yang harus dipertimbangkan untuk tetap terjaga. Semua etnis dan golongan hidup berdampingan dalam perbedaan. Bahkan, perbedaan itu menjadi kekuatan untuk kemajuan bersama di tanah ini. Pluralitas harus dijaga karena berbagai kemungkinan dapat saja terjadi apabila kepentingan kelompok tertentu dalam masyarakat plural itu terganggu.<br />
<br />
<b>Unsur Primordialisme </b><br />
<br />
Primordialisme adalah paham yang menonjolkan, mengutamakan, atau mendasarkan diri pada ikatan-ikatan, symbol-simbol keaslian suatu daerah yakni agama, suku, dan ras(2). Ikatan-ikatan ini dianggap lebih utama daripada jenis-jenis ikatan sosial yang lain. Dalam masyarakat yang ditandai oleh semangat primordialistik, kesatuan-kesatuan sosial lebih banyak didasarkan pada ciri-ciri kesamaan tersebut. Masyarakat yang primordialistik cenderung tertutup terhadap kelompok sosial lain, sehingga tampil fanatik. Orang menjadi amat peka terhadap pembedaan. Fanatisme inilah yang bisa melenyapkan diskursus dan mematikan proses demokrasi. Semangat fanatik membuat proses demokrasi kehilangan nalar, dan tidak beda dengan adu kekuatan secara membabi buta.<br />
Terlepas dari berbagai pertimbangan kita termasuk unsur primordialisme dalam menentukan pilihan ini, kita semua ingin dipimpin oleh seorang pemimpin kuat yang mampu mengamankan dan menyamankan semua golongan. Kita membutuhkan seorang memimpin bersih yang tidak mengikat oleh unsur primordialistik sempit yang tidak memberikan rasa damai dalam keberagaman kita<br />
<br />
<b>Demokrasi Melindungi Hak Semua Kalangan</b><br />
<br />
Perbedaan memungkinkan manusia untuk saling berinteraksi. Yang satu mencukupi kebutuhannya dengan meminta dari yang lain dan sebaliknya. Dalam hubungan ini, idealnya masing-masing bertanggung jawab terhadap hidup partnernya. Sebab, kalau sampai yang satu mengancam atau melenyapkan yang lain itu, ia sendiri rugi karena kehilangan pihak yang mendukung hidupnya sendiri. Demokrasi dengan demikian adalah cara untuk bisa hidup bersama dengan tetap mempertahankan perbedaan, bukan melenyapkannya (Yermes Degei, 2009)<br />
Hidup bersama tidak berarti kelompok mayoritas menentukan segala-galanya dalam masyarakat. Kepentingan mayoritas tidak bisa diutamakan kalau itu mengancam kehidupan kelompok minoritas. Dalam skema demokrasi, kepentingan setiap individu mengatasi kepentingan mayoritas. Artinya, struktur masyarakat demokratis harus diupayakan agar tidak satu individu pun terancam atau kehilangan hak-haknya. Demikian juga, kepentingan mayoritas tidak bisa dibenarkan kalau itu mengancam kebaikan hidup bersama (lih. Martin dalam Boucher dan Kelly (eds) 1998: 142).<br />
Dengan demikian, demokrasi kita hendaknya tidak mengeliminasi hak-hak orang kecil dan lemah. Sebaliknya, sistem demokrasi, yang menetapkan prioritas seperti dianjurkan Martin di atas, membawa orang-orang kecil lebih dekat pada hak-hak mereka sebagai warga negara. Sejalan dengan itu, pemerintahan yang demokratis bukanlah pemerintahan yang melayani kepentingan kelompok mayoritas kalau kepentingan itu malah mengancam hak-hak rakyat minoritas.<br />
Demokrasi bukanlah prosedur yang legitimasi sekadar untuk melenggangkan kepentingan-kepentingan kelompok mayoritas belaka! Maka demokrasi sebenarnya adalah cara bertindak dan cara diperlakukan warga masyarakat yang menjamin mereka tidak tercerai dan hak-hak sipil mereka.<br />
<br />
Perilaku Etnis dalam Pilkada<br />
<br />
APAKAH etnis kandidat mempengaruhi pilihan pemilih? Apakah pemilih lebih cenderung memilih kandidat atau partai yang sama dengan etnis mereka? Pertanyaan ini menjadi hal yang sangat penting dalam suksesnya pilkada dan mengantarkan kandidat menjadi orang yang menduduki kursi nomor 1. Faktor etnis adalah salah satu variabel penting yang bisa menjelaskan pilihan seseorang pada kandidat atau partai tertentu. Kesamaan ras dan etnik antara pemilih dan partai atau calon pejabat publik cenderung mempengaruhi perilaku memilih seseorang. <br />
<br />
Arena Pilkada memberi kesempatan kepada kita untuk melihat lebih dalam kaitan antara etnis dengan perilaku pemilih. Berbeda dengan pemilihan legislative atau presiden (nasional), kandidat yang maju dalam Pilkada kemungkinan lebih banyak menggunakan isu dan sentimen etnis. Di sejumah Pilkada misalnya, kita kerap melihat munculnya isu seperti “putra daerah”, “calon pendatang”, “calon penduduk asli”, dan sebagainya. <br />
<br />
Ada sejumlah alasan mengapa isu etnis lebih mungkin muncul dalam Pilkada dibandingkan dengan pemilihan nasional seperti Pemilu Legislatif dan presiden. Pertama, pertarungan kandidat dalam Pilkada umumnya bersifat lokal. Banyak kandidat yang maju mewakili kelompok tertentu. Ini menyebabkan kandidat yang kebetulan berasal atau didukung oleh kelompok mayoritas menggunakan isu dan sentimen etnis untuk mendapatkan dukungan dari pemilih. Kedua, isu yang diangkat dalam Pilkada umumnya bersifat lokal, seperti soal pembangunan daerah, kondisi spesifik di suatu wilayah.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><br />
Dengan semakin memanasnya suhu politik di daerah yang dihuni beragam etnis dan puluhan subetnis itu, isu suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA) menjadi sensistif dan harus untuk dihindari bagi setiap pasangan kandidat beserta tim suksesnya, apabila pilkada ingin berjalan damai dan aman.<br />
<br />
1. Drs. Muhammad Syukri, M.Pd. Dalam sebuah Catatan Di Face Book.<br />
2. Tutorial oleh Prof. Francis Loh Kok Wah seorang Dosen Politik Universitas Sains MalaysiaHADI SAFRIANDAhttp://www.blogger.com/profile/01244630846519950561noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4283502460536975067.post-5405257808137566262011-03-16T07:04:00.000-07:002011-03-16T07:04:44.311-07:00Falsafah "Tari Guel"<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDl72u6hVDhbuJwPmg1K8KaI45owvVd3ERaSlOEWhYtD9ZBt1OEVoI0xw7qbaxQ-bdvQ3QeVnrXBkvAfEIBqDETUbogAoaDDI59BGv23n2v1x_Cp2WEu509piHTqKx54bq9ILb17SZ9Yqe/s1600/tari+guel1.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="240" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDl72u6hVDhbuJwPmg1K8KaI45owvVd3ERaSlOEWhYtD9ZBt1OEVoI0xw7qbaxQ-bdvQ3QeVnrXBkvAfEIBqDETUbogAoaDDI59BGv23n2v1x_Cp2WEu509piHTqKx54bq9ILb17SZ9Yqe/s320/tari+guel1.jpg" /></a></div><br />
ASBABUN nuzul “Tari Guel”, bermula dari riwayat pembunuhan Bener Merie oleh Raja Linge ke-XIII. Keduanya saudara satu Ayah (Johansyah). Ibu Raja Linge ke-XIII orang Gayo asli, sementara Ibu Bener Merie adalah Putri Johor. Kronologi sejarahnya jelas, tetapi ketika alur cerita itu sampai pada bab Gajah Putih yang ditemukan sedang bersimpuh di atas pusara Bener Merie, kononnya penjelmaan dari Bener Merie, berdasarkan mimpi Sengeda (saudara kandung Bener Merie yang luput dari pembunuhan berencana ini). Mimpi Sengeda benar dan tidak perlu interpretasi. Sampai sekarang, kuburan Bener Merie masih tegak berdiri, walau pun kurang perawatan dan sejarah Gajah Putih adalah juga diakui keabsahannya. Masalahnya; kebanyakan orang Gayo sudah telanjur mempercayai, bahwa “Tari Guel” adalah wujud dari legenda: Bener Merie, Sengeda dan Gajah Putih. Kekeliruan sejarah ini perlu diluruskan.<br />
<br />
Sebenarnya, “Tari Guel” itu adalah ‘Mesium gerak tanpa bangunan’, tempat menyimpan sejarah Gayo, agar orang tidak mudah melupakannya. Hingga sekarang, masih banyak fakta sejarah Gayo tercècèr dan disimpan dalam bentuk “kekeberen”, puisi dan pantun. Hal ini bisa dimaklumi, karena keterbatasan fasilitas pada masa itu. Imaginator menafsirkan fakta sejarah tadi ke dalam gerak “Tari Guel”. Selain daripada itu, imaginator ingin mengambarkan “aurat” orang Gayo yang tak pantang membunuh saudara sendiri, jika dirasa perlu untuk itu. Riwayat pembunuhan Bener Merie oleh saudara sedarah, bukanlah satu-satunya peristiwa dalam peradaban orang Gayo. Kisah Merah Mege (anak bungsu Muyang Mersa) membuktikan bahwa: ketika enam saudara kandungnya menunaikan niat jahat dengan mengikat dan menjatuhkan adiknya ke dalam Sumur tua dalam rimba. Dengan kuasa Allah SWT, Merah Mege selamat dan tidak jadi mati. Motif pembunuhan Merah Mege dan Bener Merie semata-mata karena khawatir kehilangan pengaruh, kuasa, irihati dan dengki. Jadi, peragaan “Tari Guel” adalah penyingkapan fakta, rahasia (aurat) orang Gayo yang sungguh memalukan, mengharukan, memilukan sekaligus peringatan.<br />
<br />
Selebihnya, imaginator ingin menitipkan pesan-pesan kehidupan yang hanya bisa ditangkap lewat pendekatan falsafah. Artinya: salam semah dalam gerak “Munatap”, “Redep”, “Ketibung”, “Kepur Nunguk”, “Sènèng Lintah”, “Sèngkèr Kalang” dan “Cincang Nangka”, selain menyinggung aspek sejarah, juga mengandung falsafah moral, eksistensialisme, humanisme, realisme, futurisme, sekaligus menghubungkannya dengan emosional, romantika, dinamika dan problematika kehidupan orang Gayo itu sendiri. Gerak “Munatap” menggambarkan eksistensi diri dan kesadaran, di mana Gajah Putih yang enggan bergeming (bersimpuh) sadar sambil menatap realitas yang asing. Eksistensi diri dan kesadaran tadi mengkristal, setelah dirangsang oleh Sengeda dengan gerak diiringi irama, yang kemudian disebut “Tari Guel” (“Tari berirama”), agar Gajah Putih bangkit bersaksi; merubah diam menjadi aksi; memecah kebekuan jiwa agar larut dan menyatu dalam kemajmukan nilai-nilai; membangunkan kematian menjadi hidup dan mewujudkan mimpi menjadi kenyataan. Pada tahap gerak “Munatap”, yang dituntut hanya kesadaran diri, pengakuan dan pengenalan secara menyeluruh. Hal ini berhubung langsung dengan karakteristik orang Gayo, pada umumnya baru sadar dan beraksi setelah dirangsang terlebih dahulu.<br />
<br />
Dalam gerak “Redep”, bahu dan tangan bergerak lentur dan bervariasi. Jari-jemari penari sesekali terbenam dalam lipatan “Opoh Ulen-ulen”. Tahap ini adalah proses belajar, meniru dan berpikir. Di sini, gerak dan irama yang dimainkan lebih cepat, walau tidak terlalu lama. Ini mengajarkan: berpikir dan gerak cepat jika mau dapat dan selamat. Gerak “Redep” lewat dan segera menuju ke gerak lain, yakni: gerak “Ketibung”, yang ditandai dengan hentakan kedua kaki berkali-kali secara bergantian ke bumi; mengangkat dan menurunkan atau memutar-mutar kedua tangan, dikombinasi dengan sorotan mata yang tajam. Inilah tahap pengetahuan dan pemahaman, di mana manusia berhadapan dengan dua pilihan: menginjak atau diinjak: membunuh atau dibunuh; Tuan atau budak; menguasai atau dikuasai (penguasa atau hamba). Kata: “ketibung” dalam bahasa Gayo, lazimnya dipakai bagi gadis-gadis yang mandi di kolam atau di sungai, membunyikan air dengan kedua tangannya; yang dalam tari ini diisyaratkan dengan variasi gerak tangan dan kaki, sebagai refleksi dari gelora pikiran dan luahan jiwa. Itu pula alasannya, hingga dalam sastera Gayo, gejolak hati kerap digambarkan dalam lirik: “berketibung iwanni jantung, berjunté iwanni até” (“bergejolak dalam jantung, bersemi dalam hati”).<br />
<br />
Gerak “Kepur nunguk”, yang mengepak-ngepakkan “Opoh Ulen-ulen”, sambil berputar-putar, maju dan mundur. Gerakannya sangat agresif dan menantang. Tahap ini menggambarkan proses klarifikasi masalah, yang menuntut semua anasir atau “debu-debu” yang menodai supaya disingkirkan. Artinya: tangan siapa sih yang tidak kotor? Tangan kita telah mengotori negara, maruah bangsa, budaya dan bahasa. [Kata: “kepur” dalam bahasa Gayo berarti mengusir debu-debu (kotoran) yang melekat pada kain atau tikar dengan tangan, bukan dengan penyapu. Mengapa? Sebab tangan mempunyai konotasi kekuasaan yang bisa merubah, memperbaiki atau menjahannamkan.<br />
<br />
Gerak “Sènèng Lintah” atau “Sèngkèr Kalang”, yang geraknya menggelepar, memiringkan tubuh bagaikan gerak burung Elang yang mau menyambar mangsa. Inilah gerak burung Elang yang terbang melayang, melingkar dan menukik dengan memiringkan badan untuk melihat dan memastikan posisi mangsa atau gerak lintah yang meliuk-liuk dalam air yang berarti: masalah mesti di lihat bukan dari satu arah saja, tetapi didekati dan dikaji dari berbagai sudut pandang. Kata “Sènèng” dan “Sèngkèr” dalam bahasa Gayo bermakna: melirik atau memantau dengan gerak miring. Gerak ini menggambarkan tahap/peringkat aksi, cermat, konsentrasi dan terarah.<br />
<br />
Gerak “Cincang Nangka” merupakan rangkaian terakhir, aksi memasukkan diri ke dalam kemajemukan. Yang berarti: makna individu larut dalam kebersamaan. Yang dituntut bukan lagi keserasian gerak, melainkan penyatuan perasaan dan emosi. Tahap ini menunjukkan bahwa apa pun masalah, mesti diselesaikan dengan mengikut sertakan orang lain.<br />
<br />
“Tari Guel”, yang dimainkan tanpa syair oleh penari tunggal diiringi irama (menabuh) Canang dan Gong, sarat dengan nilai-nila kehidupan. Ianya, dipersembahkan dalam upacara perkawinan atau menyambut tetamu agung. Sebab inilah peluang terbaik untuk menyingkap segala-galanya, mendo’akan agar bahagia dan sejahtera, yang disimbulkan dengan menabur beras-padi dan air tepung tawar oleh Pengulu Mungkur. Persembahan tari ini kepada tamu asing, hanya sekedar ingin memperlihatkan ‘inilah Gayo’ yang suka berkata: “Yang penting iman kita mesti kuat dan menjaga adat nenek moyang” dan “Adat-istidat adalah pagarnya agama”. Jadi, “Tari Guel” boleh juga dikatakan sebagai “talqin”, agar orang Gayo terangsang, bergairah dan berani bangkit bersaksi atas nama kebenaran sejarah, jika tidak ingin mampus martabat dan maruahmu.<br />
<br />
(catatan Oleh Yusra Habib Abdul Gani)<br />
Director Institute for Ethnics Civilization Research.HADI SAFRIANDAhttp://www.blogger.com/profile/01244630846519950561noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4283502460536975067.post-8551811059496401232011-03-16T04:55:00.000-07:002011-03-16T06:35:28.067-07:00KE GAYO, YUK<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><br />
<div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"></span></div><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7FyhLJBYOdYXbgyG54BvqAQrl8RRFFO2X1bGV7WT4PnzkbqMVcky_fP2bWZjTgiDiAxxXSQijQnHWSINz5wXb0oaVIg3FdT3yxZzni-wORwfZ4Fe7hgXYK5ULa_IebdF2q0UQ-fRqu_0I/s1600/tugu+takengon.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7FyhLJBYOdYXbgyG54BvqAQrl8RRFFO2X1bGV7WT4PnzkbqMVcky_fP2bWZjTgiDiAxxXSQijQnHWSINz5wXb0oaVIg3FdT3yxZzni-wORwfZ4Fe7hgXYK5ULa_IebdF2q0UQ-fRqu_0I/s1600/tugu+takengon.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tugu Kota Takengon yang berada dipusat kota </td></tr>
</tbody></table><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;">Kabupaten aceh Tengah adalah salah satu kabupaten </span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><st1:place><st1:city><span style="font-family: Garamond;">di Aceh</span></st1:city><span style="font-family: Garamond;">, </span><st1:country-region><span style="font-family: Garamond;">Indonesia</span></st1:country-region></st1:place></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;">. Ibukotanya adalah Takengon. </span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><st1:city><st1:place><span style="font-family: Garamond;">Kota</span></st1:place></st1:city></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;"> ini dikelilingi oleh pegunungan dan merupakan dataran tinggi, sehingga memiliki hawa sejuk dengan sebagian besar penduduknya berasal dari suku Gayo. Aceh Tengah terkenal dengan Danau Laut Tawar-nya yang mempesona merupakan Daerah Tujuan Wisata yang memiliki banyak potensi, selain panorama dan keindahan alam, iklim yang sejuk, Aceh Tengah juga memiliki beragam adat istiadat, bahasa dan kesenian serta beberapa tempat-tempat maupun gedung-gedung bersejarah.</span></span><br />
<div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;"></span></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTGO83q7Sf0aRu3gi-mdY09CthDXcOzl1E4QMiEjYD_C0zmgNdpyN-cNlXExZBffciH2p7EK-VsWkrozgCnsN6m7oxhKwI7qcX3F5WeAz46_hTeYfABRLJdEY7UqRvALJYNrKgk7oY2yvD/s1600/pacuan+kuda2.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTGO83q7Sf0aRu3gi-mdY09CthDXcOzl1E4QMiEjYD_C0zmgNdpyN-cNlXExZBffciH2p7EK-VsWkrozgCnsN6m7oxhKwI7qcX3F5WeAz46_hTeYfABRLJdEY7UqRvALJYNrKgk7oY2yvD/s1600/pacuan+kuda2.jpg" /></a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;">Keanekaragaman potensi dan kebudayaan tersebut mengundang perhatian khusus untuk tetap melestarikannya. Berbagai upaya harus tetap diusahakan demi menjaga eksistensinya dan terhindar dari faktor ketidak pedulian masyarakat, namun dari sekian banyak potensi wisata yang ada masih sedikit sekali yang dikembangkan, padahal obyek wisata tersebut membutuhkan sentuhan yang lebih intensif dan perhatian yang menyeluruh baik dari unsur pemerintah maupun kalangan masyarakat.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"> </span><br />
<div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;"><b>PROFIL ACEH TENGAH</b><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span class="apple-style-span"><span style="font-family: Garamond;">Kedatangan kaum colonial <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Belanda</span></a> sekitar tahun 1904, tidak terlepas dari potensi perkebunan <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tanah_Gayo&action=edit&redlink=1" title="Tanah Gayo (halaman belum tersedia)"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Tanah Gayo</span></a> yang sangat cocok untuk budidaya. <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kopi_Arabika&action=edit&redlink=1" title="Kopi Arabika (halaman belum tersedia)"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Kopi Arabika</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tembakau"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Tembakau</span></a> dan</span></span><span class="apple-converted-space"><span style="font-family: Garamond;"> </span></span><span class="apple-style-span"><span style="font-family: Garamond;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Damar"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Damar</span></a>. Pada periode itu wilayah</span></span><strong><span style="font-family: Garamond; font-weight: normal;">Kabupaten Aceh Tengah </span></strong><span class="apple-style-span"><span style="font-family: Garamond;">dijadikan <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Onder_Afdeeling&action=edit&redlink=1" title="Onder Afdeeling (halaman belum tersedia)"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Onder Afdeeling</span></a> Nordkus Atjeh dengan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sigli" title="Sigli"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Sigli</span></a> sebagai ibukotanya. Dalam masa colonial <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Belanda</span></a> tersebut di kawasan<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Takengon"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Takengon</span></a> didirikan sebuah perusahaan pengolahan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kopi"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Kopi</span></a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Damar"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Damar</span></a>. Sejak saat itu pula kawasan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Takengon"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Takengon</span></a> mulai berkembang menjadi sebuah pusat pemasaran hasil bumi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dataran_Tinggi_Gayo" title="Dataran Tinggi Gayo"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Dataran Tinggi Gayo</span></a>, khususnya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sayuran"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Sayuran</span></a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kopi"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Kopi</span></a> (Wikipedia)<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;">Danau Laut Tawar yang memberikan perasaan ketentaraman dan kesejukan bagi mata yang memandangnya merupakan andalan pariwisata masyarakat Gayo Aceh Tengah yang berada di dataran tinggi Gayo, Takengon, sebagai kota tujuan wisata, kabupaten ini sedang berbenah untuk membangun objek wisatanya Selain Danau Laut Tawar masih banyak terdapat tempat-tempat wisata lainnya seperti Goa Puteri Pukes, Goa Loyang Koro, Pantan Terong, Pantai Menye, </span><span style="font-family: Garamond;">Taman Buru Linge Isak (berburu), Gua Loyang Koro, Loyang Pukes, Loyang Datu, Burni Klieten (<i>hiking</i>), Gayo Waterpark (wahana wisata keluarga), Krueng Peusangan (<i>rafting</i>).</span><span style="font-family: Garamond;">dan beberapa aktivitas kebudayaan tradisional seperti Pacuan Kuda tradisional dimana jokinya adalah anak-anak usia sekolah dasar dan Lomba Perahu Tradisional serta pentas-pentas kesenian. <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;"><br />
</span></span></div><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRZOA6hOlOo8UWBhnSi6FWusNksGA0pSdpNtHlP3k3repoKN8l26rwr8p8OsmJx6mwulRm5m4XGSx9K57omxLI8wkN_-7w0ZvmalHSMM82qrb6uWPZkwVj4ZPx7WxO9QeQ4tQ4bugHIj0U/s1600/kopi1.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRZOA6hOlOo8UWBhnSi6FWusNksGA0pSdpNtHlP3k3repoKN8l26rwr8p8OsmJx6mwulRm5m4XGSx9K57omxLI8wkN_-7w0ZvmalHSMM82qrb6uWPZkwVj4ZPx7WxO9QeQ4tQ4bugHIj0U/s1600/kopi1.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Buah kopi merah siap dipetik</td></tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 16px;">Daerah ini juga merupakan penghasil kopi organic jenis Arabica terbaik di dunia, selain kopi aceh tengah juga penghasil buah-buahan dan sayur mayor, sebagian besar masyarakat aceh tengah berprofesi sebagai petani.</span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond; font-size: 12pt;"><br />
</span></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond; font-size: 12pt;"></span></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;">Batas Wilayah<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;">Utara : Bener Meriah dan Bireuen<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;">Selatan : Kabupaten Gayo Lues<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;">Barat : Aceh Barat, Pidie dan Nagan Raya<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;">Timur : Aceh Timur<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;"><br />
</span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBjr7lABw4SNSx3CDvdP91V8djLi9D-5IktE4uHYjNS4wVZ5W3P9WMaQVVxI-3REBnBXq6FMVGXfspJle7H0ytfiDotI08IzO0QMVm29hAeVWzUSTVTpY4KfZsQ4RM5XyyEdn4A3rZI-gA/s1600/petaaceh.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; display: inline !important; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBjr7lABw4SNSx3CDvdP91V8djLi9D-5IktE4uHYjNS4wVZ5W3P9WMaQVVxI-3REBnBXq6FMVGXfspJle7H0ytfiDotI08IzO0QMVm29hAeVWzUSTVTpY4KfZsQ4RM5XyyEdn4A3rZI-gA/s1600/petaaceh.jpg" /></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgH3HsJCLN6Nz_JgnOF0GYcD9ktY0BC20GJw5GaWVRG4BqV6P1FykMG9oTSGHedO8oThyWIf7XHSW7BhDoJo6ydIW9xwNgWT9bgrbRLv7s3DTaqXmrUPjWb33CAO_sY3cKZs0jczIRKd8dY/s1600/kota+takengon.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="149" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgH3HsJCLN6Nz_JgnOF0GYcD9ktY0BC20GJw5GaWVRG4BqV6P1FykMG9oTSGHedO8oThyWIf7XHSW7BhDoJo6ydIW9xwNgWT9bgrbRLv7s3DTaqXmrUPjWb33CAO_sY3cKZs0jczIRKd8dY/s200/kota+takengon.jpg" width="200" /></a></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;">Namun sayang untuk bisa melihat keindahan </span><st1:city><st1:place><span style="font-family: Garamond;">kota</span></st1:place></st1:city><span style="font-family: Garamond;"> ini melalui Google Earth ataupun Google Map masih belum bisa, sehingga keindahan alam tersebut seperti tersembunyi ditengah-tengah kabut yang tebal yang senantiasa menyelimuti wilayah ini.</span></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;">Beberapa Potensi Objek Wisata Aceh Tengah</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><b><span style="font-family: Garamond;"></span>DANAU LAUT TAWAR</b></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinSl0ADmdlAoXcoT9_EjfHH8S0n3iKZgF7x5kVtSkRdoJ4ZSNkax689HFnmUiKQw7z-75cfWJbjalK-YgkcpAp9XRokPc4_I_j7xD8PK2uXX5p1DQCm-RNt1M4y_c0wSKirDOiRtPZgUmj/s1600/danau3.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinSl0ADmdlAoXcoT9_EjfHH8S0n3iKZgF7x5kVtSkRdoJ4ZSNkax689HFnmUiKQw7z-75cfWJbjalK-YgkcpAp9XRokPc4_I_j7xD8PK2uXX5p1DQCm-RNt1M4y_c0wSKirDOiRtPZgUmj/s1600/danau3.JPG" /></a></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;"><o:p> </o:p></span><span style="font-family: Garamond;">Danau laut tawar adalah sebuah danau dan kawasannya wisata yang luasnya kira-kira </span><st1:metricconverter productid="5.472 Ha"><span style="font-family: Garamond;">5.472 Ha</span></st1:metricconverter><span style="font-family: Garamond;"> dengan panjang </span><st1:metricconverter productid="17 km"><span style="font-family: Garamond;">17 km</span></st1:metricconverter><span style="font-family: Garamond;"> dan lebar 3, </span><st1:metricconverter productid="219 km"><span style="font-family: Garamond;">219 km</span></st1:metricconverter><span style="font-family: Garamond;">. danau laut tawar sendiri selain sebagai sarana objek wisata juga sebagai sumber pencaharian masyarakat gayo yang berprofesi sebagai nelayan. Ikan Depik (resbora Tawarensis) adalah ikan endemic didanau ini, selain itu masih banyak juga spesis lainnya seperti Ikan Mas (Bawal: dalam bahasa setempat), mujahir, Bado dan masih banyak jenis lainnya.</span> </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;"></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"> </span><br />
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;"></span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;"> </span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;"><b>PANTAN TERONG</b></span></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvY8WqFdn-aKecKWVtpXSyROf8oA6nojISyU_AXRR4Vhq5SkOsmolixoDhpx8os-UFtFWDmG2t8gY3iQ4BpZh352kil7mIXX39nMj4ttGe7JnC28GgtMeIOGS35t2ahVpZ9oct1cxvaddL/s1600/pantan+terong2.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="139" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvY8WqFdn-aKecKWVtpXSyROf8oA6nojISyU_AXRR4Vhq5SkOsmolixoDhpx8os-UFtFWDmG2t8gY3iQ4BpZh352kil7mIXX39nMj4ttGe7JnC28GgtMeIOGS35t2ahVpZ9oct1cxvaddL/s200/pantan+terong2.jpg" width="200" /></a></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;">Pantan Terong merupakan salah satu objek wisata yang cukup menarik untuk didatangi, karena letaknya yang tinggi. Dari </span><st1:city><st1:place><span style="font-family: Garamond;">sana</span></st1:place></st1:city><span style="font-family: Garamond;"> kita bisa menikmati pemandangan </span><st1:city><st1:place><span style="font-family: Garamond;">kota</span></st1:place></st1:city><span style="font-family: Garamond;"> takengon yang berada dibibir danau laut tawar yang membentang luas. Pantan terong tidak memilki sejarah tetapi dibangun sebagai sarana untuk melihat </span><st1:city><st1:place><span style="font-family: Garamond;">kota</span></st1:place></st1:city><span style="font-family: Garamond;"> takengon secara keseluruhan.<o:p></o:p></span></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><br />
</span><br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi58FYtYkjvK34ShVH1H928tHHZMABUZhioVAuAEL9e3z1oIKTYW8eYYRlLARbHmg-X6-GxTq3w0kySpEbItoVtFGyfipW0hQbCz26rmjt0hJ2CtteLBsM-te3JSo86bLXZLF6EBYxoJSFR/s1600/loyang+koro.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi58FYtYkjvK34ShVH1H928tHHZMABUZhioVAuAEL9e3z1oIKTYW8eYYRlLARbHmg-X6-GxTq3w0kySpEbItoVtFGyfipW0hQbCz26rmjt0hJ2CtteLBsM-te3JSo86bLXZLF6EBYxoJSFR/s1600/loyang+koro.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pintu masuk Goa Loyang Koro</td></tr>
</tbody></table><br />
<div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><b>GUA LOYANG KORO</b></span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><b></b>Gua Loyang koro terletak ditepian danau laut tawar adalah salah satu objek wisata yang berada tepat dibawah kaki Gunung Birah Panyang. Terdapat dua versi sejarah dari gua ini, yang pertama adalah gua ini merupakan tempat persembunyian sultan Aceh dari kejaran Belanda dan versi lain menyebutkan pernah ada pertikaian antara pengembala kambing dna kerbau yang menyebabkan runtuhnya dinding goa sehingga jalan tertutup dan tida bisa dilewati lagi.</span></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 16px;"><strong><span style="border-bottom-color: windowtext; border-bottom-style: none; border-bottom-width: 1pt; border-left-color: windowtext; border-left-style: none; border-left-width: 1pt; border-right-color: windowtext; border-right-style: none; border-right-width: 1pt; border-top-color: windowtext; border-top-style: none; border-top-width: 1pt; font-family: Garamond; font-weight: normal; padding-bottom: 0cm; padding-left: 0cm; padding-right: 0cm; padding-top: 0cm;"><br />
</span></strong></span></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 16px;"><strong><span style="border-bottom-color: windowtext; border-bottom-style: none; border-bottom-width: 1pt; border-left-color: windowtext; border-left-style: none; border-left-width: 1pt; border-right-color: windowtext; border-right-style: none; border-right-width: 1pt; border-top-color: windowtext; border-top-style: none; border-top-width: 1pt; font-family: Garamond; padding-bottom: 0cm; padding-left: 0cm; padding-right: 0cm; padding-top: 0cm;">LOYANG PUKES</span></strong></span></div><div style="line-height: 12.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt; vertical-align: baseline;"><strong><span style="border-bottom-color: windowtext; border-bottom-style: none; border-bottom-width: 1pt; border-left-color: windowtext; border-left-style: none; border-left-width: 1pt; border-right-color: windowtext; border-right-style: none; border-right-width: 1pt; border-top-color: windowtext; border-top-style: none; border-top-width: 1pt; font-family: Garamond; font-weight: normal; padding-bottom: 0cm; padding-left: 0cm; padding-right: 0cm; padding-top: 0cm;"><br />
</span></strong></div><div style="line-height: 12.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -18.0pt; vertical-align: baseline;"><span style="border-bottom-color: windowtext; border-bottom-style: none; border-bottom-width: 1pt; border-left-color: windowtext; border-left-style: none; border-left-width: 1pt; border-right-color: windowtext; border-right-style: none; border-right-width: 1pt; border-top-color: windowtext; border-top-style: none; border-top-width: 1pt; font-family: Garamond; padding-bottom: 0cm; padding-left: 0cm; padding-right: 0cm; padding-top: 0cm;"></span></div><div style="font-weight: normal; line-height: 12.5pt; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8lQL4Z5zZp9u2aGA7HFtDxdR5gnQrj-bE9_LfrX7TRB9P_C2ZyPYHEt5VgYsqepJX_3LwY4DFlR3SSmRlP0WoO20A2YIEcOHUwogq-Ul672yHgmgEbkhBGMfDP7w1TLi7cXNkXxhVcu-d/s1600/gua+puteri+pukes.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="162" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8lQL4Z5zZp9u2aGA7HFtDxdR5gnQrj-bE9_LfrX7TRB9P_C2ZyPYHEt5VgYsqepJX_3LwY4DFlR3SSmRlP0WoO20A2YIEcOHUwogq-Ul672yHgmgEbkhBGMfDP7w1TLi7cXNkXxhVcu-d/s320/gua+puteri+pukes.jpg" width="320" /></a><span style="font-family: Garamond;">GOA Putri Pukes merupakan salah satu objek wisata di Kabupaten Aceh Tengah. Ceritanya diriwayatkan sebagai legenda antara mitos dan fakta. Betul tidaknya legenda Putri Pukes, hingga sekarang belum ada yang bisa memastikannya. Gua Putri Pukes tempat legenda itu diceritakan, kini sudah menjadi tempat wisata, tetapi sangat di sayangkan gua tempat manusia yang menjadi batu itu sudah disemen dan ditambah-tambah sehingga tidak lagi alami.<o:p></o:p></span></div><div style="font-weight: normal; line-height: 12.5pt; margin-bottom: 20.4pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIOiSr0aQKkZgN6TjlvixKLLlmcuGcZNdUpgEgj6nrTqByaMWuBzmZ03MMadFtLUkedgCz-w9l8DDQXfXiuqeC9ZCND1qmVyP1tV4n8l7kTDV6WDg8ceuiJFhUsNkIpp1oscJBe9x1T_hK/s1600/putri-pukes.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIOiSr0aQKkZgN6TjlvixKLLlmcuGcZNdUpgEgj6nrTqByaMWuBzmZ03MMadFtLUkedgCz-w9l8DDQXfXiuqeC9ZCND1qmVyP1tV4n8l7kTDV6WDg8ceuiJFhUsNkIpp1oscJBe9x1T_hK/s1600/putri-pukes.jpg" /></a><span style="font-family: Garamond;">Di dalam gua Putri Pukes tersebut terdapat batu yang dipercayai adalah Putri Pukes yang telah menjadi batu, sumur besar, kendi yang sudah menjadi batu, tempat duduk untuk bertapa orang masa dahulu, alat pemotong zaman dahulu.<o:p></o:p></span></div><div style="font-weight: normal; line-height: 12.5pt; margin-bottom: 20.4pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: Garamond;">Abdullah, penjaga gua, Batu putri pukes tersebut membesar karena kadang-kadang batu tersebut menangis sehingga air mata yang keluar tersebut menjadi batu dan makin lama batu tersebut makin membesar. Sementara sumur besar kata Abdullah, setiap tiga bulan air di sumur tersebut kering dan tidak ada air nya, bila ada air orang pintar akan datang untuk mengambil air tersebut. Sedangkan kendi yang telah menjadi batu tersebut pernah dibawa oleh orang, tetapi dikembalikan lagi karena dilanda resah setelah mengambilnya. “Sedangkan tempat bertapa itu di gunakan oleh orang zaman dahulu untuk melakukan bertapa guna mencari ilmu dan alat pemotong (pisau) peninggalan manusia purbakala kata yang ditemukan di dalam goa putri pukes,” jelas Abdullah.<o:p></o:p></span></div><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOT9o4yPX2eJaz2hn-xMvCwSrUJM4sofeSqRpD8zK2mr4s6P-HK4fREp0Ylb3MnBruvzWhA4euI1vWZiXpyCHPe9SuQ0h985QUOfxhz3MWbHf4V2ykx_1nysDIE3vub-yP71e3s1i__N1S/s1600/selamat+datang+danau.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOT9o4yPX2eJaz2hn-xMvCwSrUJM4sofeSqRpD8zK2mr4s6P-HK4fREp0Ylb3MnBruvzWhA4euI1vWZiXpyCHPe9SuQ0h985QUOfxhz3MWbHf4V2ykx_1nysDIE3vub-yP71e3s1i__N1S/s1600/selamat+datang+danau.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pintu Masuk ke Lokasi Danau Laut Tawar</td></tr>
</tbody></table><div style="font-weight: normal; line-height: 12.5pt; margin-bottom: 20.4pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: Garamond;">Gua Putri Pukes terletak di sebelah utara, tepatnya di Kampung Mendale, Kecamatan Kebayakan, Aceh Tengah Putri Pukes merupakan nama seorang gadis kesayangan dan anak satu-satunya yang berasal dari sebuah keluarga di Kampung Nosar, Kecamatan Bintang, Aceh Tengah. Suatu hari dia, dijodohkan dengan seorang pria yang berasal dari Samar Kilang, Kecamatan Syiah Utama Kabupaten Aceh Tengah (sekarang Kabupaten Bener Meriah). Pernikahan pun dilaksanakan, berdasarkan adat setempat. Mempelai wanita harus tinggal dan menetap di tempat mempelai pria. Setelah resepsi pernikahan di rumah mempelai wanita selesai, selanjutnya kedua mempelai diantar menuju tempat tinggal pria. </span></div><div style="font-weight: normal; line-height: 12.5pt; margin-bottom: 20.4pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;"></div><div style="font-weight: normal; line-height: 12.5pt; margin-bottom: 20.4pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBrjs9L-_kXnXNgAStNdCJdN0K0KzwjGH196eXSdACUZT7ZeFVHFVnhNmb4EPDaPSJZWSsMCZPx0WFUvrOgwPjLwQo21VaLPWFF3zPuFZkcsp6vKLwO6NVL9GLsbF8qH14Ix4YvYSzR2lp/s1600/poto+pengantin+gayo.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; display: inline !important; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBrjs9L-_kXnXNgAStNdCJdN0K0KzwjGH196eXSdACUZT7ZeFVHFVnhNmb4EPDaPSJZWSsMCZPx0WFUvrOgwPjLwQo21VaLPWFF3zPuFZkcsp6vKLwO6NVL9GLsbF8qH14Ix4YvYSzR2lp/s1600/poto+pengantin+gayo.jpg" /></a><span style="font-family: Garamond;">Pihak mempelai wanita diantar yang dalam bahasa gayo disebut ‘munenes’ ke rumah pihak pria ke Kampung Simpang Tiga Bener Meriah.D</span>isinilah detik-detik terjadinya peristiwa sehingga nama Putri Pukes terkenal hingga sekarang, saat akan melepas Putri Pukes dengan iringan-iringan pengantin, ibu Putri Pukes berpesan kepada putrinya yang sudah menjadi istri sah mempelai pria. “Nak…sebelum kamu melewati daerah Pukes yaitu daerah rawa-rawa sekarang menjadi Danau Laut Tawar. Kamu jangan penah melihat ke belakang,” kata ibu Putri Pukes. Sang putri pun berjalan sambil menangis dan menghapus air matanya yang keluar terus menerus. Karena tidak sanggup menahan rasa sedih, membuat putri lupa dengan pantangan yang disampaikan oleh ibunya tadi. Secara tak sengaja putri menoleh ke belakang, dengan tiba-tiba putri pukes langsung berubah menjadi batu seperti yang sekarang kita jumpai di dalam Gua Putri Pukes. Apakah itu hanya mitos atau memang benar-benar terjadi, tetapi warga setempat percaya kalau cerita Putri Pukes itu benar ada.</div><div style="font-weight: normal; line-height: 12.5pt; margin-bottom: 20.4pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><br />
</div><div style="font-weight: normal; line-height: 12.5pt; margin-bottom: 20.4pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><strong><span style="border-bottom-color: windowtext; border-bottom-style: none; border-bottom-width: 1pt; border-left-color: windowtext; border-left-style: none; border-left-width: 1pt; border-right-color: windowtext; border-right-style: none; border-right-width: 1pt; border-top-color: windowtext; border-top-style: none; border-top-width: 1pt; font-family: Garamond; padding-bottom: 0cm; padding-left: 0cm; padding-right: 0cm; padding-top: 0cm;">UMAH EDET PITU RUANG</span></strong></div></span><br />
<div><div><div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqhyphenhyphenGEYQVIMMIWb7n1wTF6ptJKpcEcFW4jwKT0Z8kYPJMcX0Ik4bMg1L7vmv_-EK07NTDukd5bsSh2yvCuCOKuEkIvSkWkoU_ogFPbHXzqOOSgC5HlI3RdunGlRvcEzk6epPz8X0sgICDD/s1600/UMAH+PITU+RUANG.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqhyphenhyphenGEYQVIMMIWb7n1wTF6ptJKpcEcFW4jwKT0Z8kYPJMcX0Ik4bMg1L7vmv_-EK07NTDukd5bsSh2yvCuCOKuEkIvSkWkoU_ogFPbHXzqOOSgC5HlI3RdunGlRvcEzk6epPz8X0sgICDD/s1600/UMAH+PITU+RUANG.jpg" /></a></span><br />
<div style="line-height: 12.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 16px;">Rumah Adat Tujuh Ruang (Umah Edet Pitu Ruang) bahasa Gayo, adalah peninggalan raje Baluntara yang nama aslinya Jalaluddin sudah berdiri sejak pra-kemerdekaan. Rumah adat itu adalah bukti sejarah orang Gayo yang masih ada, Rumah tua Umah Edet Pitu Ruang (Rumah Adat Tujuh Ruang) bukti sejarah orang Gayo tersebut letaknya di sebuah kampung pinggiran Danau Lut Tawar tepatnya di Kampung Toweren, Kecamatan Laut Tawar Aceh Tengah siapa saja boleh melihatnya, benar-benar asli peninggalan yang telah direplika dari bentuk aslinya yaitu Mess Pitu Ruang di Kampung Kemili Takengon.</span></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEid08YnXIiNb12NECWXaKMQD3MDe0XQxqiF10dnprTDYKNI09EUnQYJNedNyMxW9W_3Hw-JJDn3hz-acF-w-NTW7r59hCuxoGF28KXg9VpyTl5wAUDq8s1Sfu6ocLl1dPbl_BLgV_pyDZPb/s1600/umahpituruang1.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEid08YnXIiNb12NECWXaKMQD3MDe0XQxqiF10dnprTDYKNI09EUnQYJNedNyMxW9W_3Hw-JJDn3hz-acF-w-NTW7r59hCuxoGF28KXg9VpyTl5wAUDq8s1Sfu6ocLl1dPbl_BLgV_pyDZPb/s1600/umahpituruang1.jpg" /></a></span></div><div style="line-height: 12.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;">Rumah adat Umah Pitu Ruang Toweren dibuat dari kayu pilihan. Diameter tiang penyangganya pun seukuran dekapan dewasa. Tidak diketahui tahun berapa rumah itu dibangun, tetapi menurut cerita, bangunannya sudah berdiri sebelum kolonial Belanda masuk ke Dataran Tinggi Gayo. Umah Edet Pitu Ruang Gayo tersebut tidak mengunakan paku, tetapi dipasak dengan kayu dan bermacam-macam ukiran di setiap kayu. Ukiran tersebut bentuk nya berbeda-beda, ada yang berbentuk hewan dan ada yang berbetuk seni kerawang Gayo yang di pahat khusus.</span></div><div style="line-height: 12.5pt; margin-bottom: 20.4pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;">Luas Umah Edet Pitu Ruang itu, panjangnya </span><st1:metricconverter productid="9 meter"><span style="font-family: Garamond;">9 meter</span></st1:metricconverter><span style="font-family: Garamond;"> dengan lebar </span><st1:metricconverter productid="12 meter"><span style="font-family: Garamond;">12 meter</span></st1:metricconverter><span style="font-family: Garamond;">. Berbentuk rumah panggung dengan </span><st1:city><st1:place><span style="font-family: Garamond;">lima</span></st1:place></st1:city><span style="font-family: Garamond;"> anak tangga, menghadap utara. </span></span></div><div style="line-height: 12.5pt; margin-bottom: 20.4pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;">Sementara di dalamnya terdapat empat buah kamar. Selain empat kamar, ada dua lepo atau ruang bebas di arah timur dan barat. S</span>emua sambungan memakai ciri khas tersendiri menggunakan pasak kayu. Hampir semua bagian sisi dipakai ukiran kerawang yang dipahat, dengan berbagai motif, seperti puter tali dan sebagainya. Di tengah ukiran kerawang terdapat ukiran berbentuk ayam dan ikan yang melambangkan kemuliaan dan kesejahteraan. Sementara ukiran naga merupakan lambang kekuatan, kekuasaan dan kharisma. Peninggalan Raja Baluntara, bukan hanya bangunan tua yang bertengger usang di Kampung Toweren Uken, tetapi aset bersejarah lain masih tersimpan rapi oleh pihak keluarga seperti Bawar.</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOswn8sz6jZlPvI8m5XPX6ukRfyZx5BjxUFdiQ4HahXEb6xTDbySe6eeW9RfxP20tJXrVYweCVNPZ570tyNH984Hqy0vTKrJ_oGOU4VzDEHYc5i38z9Wz2wL_qrXrnMcVjqTiq4QYjGWyz/s1600/Air+Terjun+Mengaya.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOswn8sz6jZlPvI8m5XPX6ukRfyZx5BjxUFdiQ4HahXEb6xTDbySe6eeW9RfxP20tJXrVYweCVNPZ570tyNH984Hqy0vTKrJ_oGOU4VzDEHYc5i38z9Wz2wL_qrXrnMcVjqTiq4QYjGWyz/s1600/Air+Terjun+Mengaya.jpg" /></a></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;">WISATA AIR TERJUN MENGAYA</span></div></div><div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span class="apple-style-span"><span style="font-family: Garamond; font-size: 12pt;">Wisata</span></span><span class="apple-converted-space"><span style="font-family: Garamond; font-size: 12pt;"> </span></span><span class="apple-style-span"><span style="font-family: Garamond; font-size: 12pt;">Air Terjun Mengaya </span><span style="font-family: Garamond; font-size: 12pt;">ini Terletak di Desa Mengaya, Kec.Bintang. Kabupaten Aceh tengah berdekatan dengan obyek wisata Danau Lut Tawar. Melalui jalan setapak yang sudah beraspal, pengunjung bisa menikmati panorama hutan yang asri dan udara yang sejuk di sepanjang jalan menuju lokasi air terjun ini.</span></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span class="apple-style-span"><span style="font-family: Garamond; font-size: 12pt;"><br />
</span></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span class="apple-style-span"><span style="font-family: Garamond; font-size: 12pt;"><br />
</span></span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;"> <br style="mso-special-character: line-break;" /> </span></span><br />
<div style="line-height: 12.5pt; margin-bottom: 20.4pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond; font-size: 12pt;"></span></span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><b>KESENIAN DIDONG DAN LAINNYA</b></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbKCB9rNEuDosDIMUC7jwzb-P_akwwuKiJm8_JElAqUk0dcDuoX4t9TGtNBocmC3tIQ7u60hbql3CSvYhOn7Qvj049e9_40XvLrNI8LwuT0gJhN2erDU95Lv6g5nc1wjMF5dxMkON9D7LJ/s1600/tari+munerime1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbKCB9rNEuDosDIMUC7jwzb-P_akwwuKiJm8_JElAqUk0dcDuoX4t9TGtNBocmC3tIQ7u60hbql3CSvYhOn7Qvj049e9_40XvLrNI8LwuT0gJhN2erDU95Lv6g5nc1wjMF5dxMkON9D7LJ/s1600/tari+munerime1.jpg" /></a></span></div><div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipC_K6n3Di8vkbNIgOJbuaoPtRd_2TtlfHNSNJ4oqRfJrcDsiU8hiN0bo0cT5iH-XX26un6PCgj3vKpnW5m6L1GZNgeeBKQtaAVam9WX4J5YTgWIMLOmzMON-FZ79UBrqBdUXCtw6Xmgzp/s1600/didong.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipC_K6n3Di8vkbNIgOJbuaoPtRd_2TtlfHNSNJ4oqRfJrcDsiU8hiN0bo0cT5iH-XX26un6PCgj3vKpnW5m6L1GZNgeeBKQtaAVam9WX4J5YTgWIMLOmzMON-FZ79UBrqBdUXCtw6Xmgzp/s1600/didong.jpg" /></a></span><br />
<div style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 4.8pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;"><br />
</span></span></div><div style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 4.8pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;"><br />
</span></span></div><div style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 4.8pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;"><br />
</span></span></div><div style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 4.8pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;"><br />
</span></span></div><div style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 4.8pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;"><br />
</span></span></div><div style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 4.8pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;"><br />
</span></span></div><div style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 4.8pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;"><br />
</span></span></div><div style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 4.8pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;"><br />
</span></span></div><div style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 4.8pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;">Didong merupakan salah satu kesenian asli yang berasal dari daerah dataran tinggi ini. Sekelompok orang duduk bersila membentuk<span class="apple-converted-space"> ingkaran</span>. Salah seorang ceh akan mendendangkan syair-syair dalam<span class="apple-converted-space"> B</span>ahasa<span class="apple-converted-space"> Gayo </span>dan anggota yang lain akan mengiringi dengan tepukan tangan dan tepukan bantal kecil dengan ritme yang harmonis.<o:p></o:p></span></span></div><div style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 4.8pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;"><br />
</span></span></div><div style="margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 4.8pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><span style="font-family: Garamond;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Garamond;"><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
</span></div></div></div>HADI SAFRIANDAhttp://www.blogger.com/profile/01244630846519950561noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4283502460536975067.post-48287818864328117642011-03-13T23:37:00.000-07:002011-03-13T23:37:08.229-07:00Islamikah Budaya Gayo?<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Georgia, serif; font-size: 13px; line-height: 20px;"><strong><br />
</strong></span><br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjclqj3ormnftdylTT2Zom0bHdfhRjzgbgxApf9HEHeEdkv8B57L4wvseMxUvGVGL-MoyBTYRUmsmqaQyRSqBb9WFybkjrYmPKNil4s_lgyOM55Nuq7BkeXVS3ehyXfYBGqs3QBOEcGflY_/s1600/bendera+islam.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjclqj3ormnftdylTT2Zom0bHdfhRjzgbgxApf9HEHeEdkv8B57L4wvseMxUvGVGL-MoyBTYRUmsmqaQyRSqBb9WFybkjrYmPKNil4s_lgyOM55Nuq7BkeXVS3ehyXfYBGqs3QBOEcGflY_/s1600/bendera+islam.jpg" /></a><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Georgia, serif; font-size: 13px; line-height: 20px;"><strong>Yusra Habib Abdul Gani*</strong></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Georgia, serif; font-size: 13px; line-height: 20px;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Georgia, serif; font-size: 13px; line-height: 20px;">Sejak pemerintahan Genali (Raja Linge 1) yang berpusat di Buntul Linge, Islam sudah bertapak di tanah Gayo. Acara penyumpahan oleh qadhi malikul ’Adil kepada semua aparat kerajaan di lingkungan kerajaan Linge dilaksanakan mengikut tatacara Islam, budaya menuntut ilmu –menyekolahkan Johansyah (anak sulung raja Linge) ke Dayah Cot Kala, Peureulak dibawah asuhan Sjèh Abdullah Kan’an– dan upacara pengkhitanan menurut syariah Islam sudah diamalkan pada ketika itu. Semenjak itu pula istilah ”Sunet Rasul” yang berarti ”khitanan” sudah dikenal, sehingga dalam masyarakat gayo dianggap lumrah jika orang bertanya: ”Nge ke sunet rasul ko Win” (”Sudahkah kamu dikhitan”). Bahkan kerajaan Linge pada ketika itu sudah memiliki bendera (bahasa Gayo: Elem) yang ditengah-tengahnya bertulis ’Dua Kalimah Syahadah’ dan di masing-masing sudut terdapat nama empat sahabat Rasulullah. Ini diantara fakta yang membuktikan bahwa peradaban Islam ketika itu sudah wujud. Bahkan, atas dasar pertimbangan kemanusiaan dan ikatan persaudaran Islam; Raja Linge mengizinkan rombongan Malik Ishak (pelarian politik asal Peureulak lebih kurang 300 jiwa) untuk tinggal dan sekaligus diberi hak untuk mendirikan kerajaan Islam di Isaq, yang kemudian bernama Kerajaan Malik Ishaq, berdiri puluhan tahun sebelum Kerajaan Pasè di bawah pimpinan Malikus Salèh yang berasal dari keturunan Datok Mersa dari tanah Gayo. Malik Ishaq diperintahkan abangnya (Raja Peureulak) untuk menyingkir ke daerah pedalaman, dengan maksud mempersiapkan bahan logistik untuk menghadapi serangan serdadu Sriwijaya ke atas Kerajaan Peureulak.</span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Georgia, serif; font-size: 13px; line-height: 20px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Georgia, serif; font-size: 13px; line-height: 20px;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Georgia, serif; font-size: 13px; line-height: 20px;"><span class="fullpost" style="display: inline;">Islam mengajarkan bahwa salah satu kebajikan adalah menyantuni musafir yang memerlukan pertolongan (Surah Al-Baqarah, ayat 177). Rasa pri-kemanusiaan dan solidaritas inilah dituangkan dalam falsafah gayo: ’setie maté, gemasih papa, ratip sara nanguk, nyawa sara peluk’ (’Setia sampai mati, kasih hingga papa, ratip satu angguk, nyawa satu peluk’) dan kesetiaan orang Gayo terlukis dari pepatah ini: ’Patal terlis tauhi uren, aku gere rejen bertudung tetemi, bier murensé tubuh ôrôm beden, aku gere rejen berubah janyi’ (’Pematang sawah diguyur hujan, aku tak rela bertudung kayu jerami, walau hancur tubuh-badan, aku takkan mau berubah janji’) Dalam pergeseran nilai-nilai sosial, ini mesti diuji kembali.<br />
Pengaruh Islam dalam budaya gayo terjadi melalu proses peng-gayo-an beberapa kata Arab. Misalnya saja kata: ’Waaassaluuualéééééééé’! Dalam masyarakat gayo, ucapan ini dikomandangkan secara serentak dengan suara mayor oleh sekumpulan orang ketika hendak meletakkan tiang utama Masjid, Mushalla, jembatan kayu, tiang rumah atau ketika menarik bakal perahu dari hutan ke tepi Danau Laut Tawar. Tanpa disadari, ucapan ini sebenarnya berasal dari kata: ’Wassalamu’alaik’ yang berarti selamat sejahtera. Demikian pula ucapan “Assalamu’alaikum”, ternyata berasal dari bahasa Arab. Umat muslim dianjurkan: “Ucapkan: ‘salamu’alaikum’” sebagaimana dinyatakan dalam Surah Al-An’am, ayat 54.<br />
Selain itu, didapati prinsip-prinsip dan nilai-nilai Islam yang ditransformasi dari bahasa al-Qur’an kedalam bahasa Gayo dalam bentuk pepatah dan sastera. Hal ini ada kaitannya dengan strategi dakwah yang dilancarkan oleh para Ulama sewaktu menyebarkan ajaran agama Islam di tanah Gayo. Maksudnya, agar orang Gayo tidak shock dan terkejut menerima nilai-nilai dan ajaran agama Islam yang datang dari luar, sehingga para pendakwah terpaksa mencari formula atau melakukan pendekatan kultural untuk memasukkan nilai-nilai Islam ke dalam jantung hati orang gayo.<br />
Untuk melihat dari dekat, dapat dibuktikan dari munculnya istilah ’Sumang’, yang dalam takaran adat-istiadat dan pandangan umum menunjuk kepada pengertian bahwa: suatu prilaku dinilai kurang sopan dan kurang beradab bila dilakukan di depan umum maupun di tempat sunyi sekalipun. ’Sumang’ adalah standard moral yang menekankan supaya orang tidak melakukan perbuatan semena-mena –yang melanggar ajaran agama, etika sosial dan moral– dalam masyarakat. Misalnya: sepasang muda-mudi yang bukan muhrim bergandéng tangan atau berciuman di depan khalayak ramai. Ini dinilai suatu penyimpangan terhadap nilai-nilai Islam. Ini berkaitan dengan aba-aba yang berbunyi: ”Kendalikan pandanganmu, pelihara kemaluan (aurat) mu dan pandanganmu jangan culas (berkhianat)” (Q: An-Nur, ayat 30 dan Q: Al-Mukmin, ayat 19). Aba-aba ini di-adat gayo-kan dengan sebutan: ’Sumang penèngonen’. Intinya ialah: jangan sampai pandangan membayangkan hal-hal negatif. Itu sebabnya gadis remaja Gayo zaman dulu selalu menutup aurat ketika hendak keluar rumah, menghindari dari perkara-perkara yang bisa merangsang nafsu birahi kaum lelaki. Ini sejiwa dengan anjuran Allah: ”… janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak darinya…” (Surah An-Nur, ayat 31) dan ”orang-orang yang menjaga kemaluannya” (Surah Al-Mukminun, ayat 5), yang diklasifikasikan Al-Qur’an sebagai orang yang menang.<br />
Akan halnya dengan sikap angkuh dan sombong, menampilkan diri dengan pakaian dan perhiasan yang berlebihan. Inilah yang dinamakan ’Sumang perupuhen’ (pakaian). Dari itu, ’Sumang’ juga simbol hukum yang di dalamnya mengandung unsur ’preventif’ terhadap tindakan yang dinilai bisa merusakkan nilai-nilai Islam. Dalam konteks ini, ’Sumang’ adalah kata lain dari perintah Allah: ”Janganlah mendekati zina.”<br />
Seterusnya, prilaku yang memperlihatkan dirinya sebagai orang paling cantik dan gagah yang berlebihan dan merendahkan pribadi orang lain. Hal seperti ini dilarang, sebab al-Qur’an menyatakan: ”Jangan kamu memalingkan muka karena sombong dan jangan berjalan di muka bumi dengan angkuh…” (Surah Luqman, ayat 18). Anjuran ini ditransformasi ke dalam adat gayo menjadi sebutan ’Sumang pelangkahen’. Demikian pula dengan prilaku melècèhkan pendapat orang lain, menganggap dirinya-lah yang paling benar dan hebat. Ajaran Islam menekankan supaya orang hidup di atas dunia tidak congkak. Allah mengingatkan: ”… Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (Surah Luqman, ayat 18), yang dalam masyarakat Gayo disebut ’Sumang peceraken’.<br />
Demikian juga, Islam mengajarkan supaya orang berkata sopan, tidak menyakiti perasaan orang lain, menyejukkan hati orang yang mendengarnya. Allah berfirman: ”Jangan teriak. Berbicaralah sopan dengan melembutkan suaramu” (Surah Lukman, ayat 19). Prinsip-prinsip moral ini untuk selanjutnya dijabarkan secara puitis dalam Didong Musara Bintang dengan judul: ”Mongot” (”Menangis”) yang sekerat liriknya berbunyi: ’Manis berperi gelah lagu madu, sejuk natému lagu bengi ni nami. Berperi berabun, bertungket langkahmu, kusihpé beluhmu berbudi pekerti.’ (’Bertutur manis bagai madu, hatimu sejuk bagai embun pagi. Sopan bicara dan pakai kompas saat melangkah dan berbudi perkerti kemanapun pergi’.)<br />
Nilai-nilai kejujuran dan keikhlasan juga dijunjung tinggi dalam ajaran Islam, seperti: ’Katakan dengan mulutmu, seperti yang terlukis di hatimu.’ (Ali ‘Imran, ayat 167) dan ’Bersikap rendah hati dan ucapkan keselamatan kepada siapa yang menegurmu’ (a-Furqan, ayat 63). Ini sejalan dengan sastera Gayo yang mengungkapkan: ’ Tingkah serakah seriet bersebu, aku becerak ari putih naténgku.’ (’Saya berkata dari relung hati yang putih’) Akan halnya dengan rasa kesetia-kawanan dan persaudaraan antara sesama manusia merupakan sisi yang tidak kurang pentingnya. Dalam konteks ini dinyatakan: ”… Dan berpeganglah kamu semua kepada tali Allah dan janganlah kamu bercerai-berai…” (Surah Ali-Imran, ayat 103). Prinsip sosial kemasyarakatan ini, dituangkan oleh pakar adat ke dalam bentuk pepatah Gayo yang berbunyi: ’Rempak lagu ré, mususun lagu belo. Beluh sara loloten, mèwèn sara tamunen ’ (’sejajar seperti sisir, bersusun bagai daun sirih, pergi satu arah haluan, tinggal satu kumpulan’).<br />
Untuk membangun suatu masyarakat madani, maka ikatan kebersamaan tadi akan semakin kokoh, sekiranya individu-individu menghormati etika, ketentuan hukum dan prinsip-prinsip keadilan dalam masyarakat Islam, sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur’an: ”Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu tidak berlaku adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa” (Surah Al-Maidah, ayat 8). Seterusnya: ”… Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri, ibu bapak dan kaum kerabatmu…” (Surah An-Nisa’, ayat 135). Hal ini disenyawakan ke dalam pepatah dan falsafah Gayo tentang keadilan: ’Edet enti pipet atur enti bele, pantiken genuku.’ (’Adat tidak boleh kaku (rigit), aturan tidak boleh pilih kasih, tegakkan keadilan’).<br />
Akhirnya, pembuktian di atas didasarkan pada kajian ilmiah dengan menyertakan refersensi utama –alQur’an, falsafah, pepatah dan seni sastera gayo– dan berusaha me-minimal-kan interpretasi, apalagi unsur-unsur yang dianggap tidak valid dan tidak relevan. Memandangkan keabsahan fakta mengenai hubungan dan pengaruh nilai-nilai Islam dalam peradaban orang gayo yang universal ini, diharapkan orang gayo terangsang rasa ke-gayoan-nya kembali dalam makna yang positif dan bergairah merekonstruksi ke dalam kehidupan sosial masyarakat, berbangsa dan bernegara, terutama oleh penyelenggara negara. Ini memerlukan komitmen untuk menerapkan nilai-nilai qur’ani yang mengacu kepada format hukum dan nilai-nilai kemanusiaan universal yang bersumber dari al-Qur’an dan men-senyawa-kan dengan budaya kita. Tangan kita masih kotor, mengotori nilai-nilai Islam dan budaya. Oleh sebab itu ”…jangan kamu mengatakan dirimu suci…” (Surah- An-Najm, ayat 32). Wallahu’aklam bissawab!<br />
<br />
*Director Institute for ethnics Civilization research, Denmark</span></span>HADI SAFRIANDAhttp://www.blogger.com/profile/01244630846519950561noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4283502460536975067.post-65876546531668505902011-03-13T20:20:00.000-07:002011-03-13T20:20:08.698-07:00Lembaga Hukum PGRI Didirikan di Aceh Tengah<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px;"><span style="font-weight: bold; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Serambiindonesia TAKENGON</span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px;">- Pengurus Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Cabang Aceh Tengah kini telah memiliki Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum (LKBH) PGRI yang membantu memberikan advokasi kepada para guru di Kabupaten Aceh Tengah.</span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px;"><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px;"><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px;">Pengurus LKBH PGRI Kabupaten Aceh dilantik oleh Ketua PGRI Aceh, Drs Ramli Rasyid MPd MSi pada penutupan Konferensi Kerja (Konferja) I PGRI Aceh Tengah, Minggu (13/3) di Aula SMK Negeri 1 Takengon.</span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px;"><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px;"><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px;">Ketua PGRI Aceh Tengah, Ir Usman MSi, Minggu (13/3) mengatakan, para personel LKBH PGRI Aceh Tengah yang dilantik masing Tasmijan SH MH, Muzakkir Arda SH dan Novinda Tahir SH serta dibantu oleh sejumlah pakar hukum di daerah itu.</span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px;"><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px;"><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px;">Dengan adanya LKBH PGRI Aceh Tengah itu, akan membantu advokasi (pembelaan) para guru terkait dengan hukum dan masalah-masalah profesi lainnya. Sejak pelantikan Pengurus PGRI Aceh Tengah periode 2010-2015, bulan Januari 2010 lalu, PGRI Aceh Tengah belum memikili LKBH, namun hanya dibantu oleh bidang bantuan hukum organisasi itu.</span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px;"><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px;"><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px;">Dikatakan Usman, LKBH memiliki tugas memberikan advokasi permasalahan hukum, ketenagakerjaan dan masalah-masalah profesi para guru di dataran tinggi Gayo dan akan mendapingi para guru terutama dalam menjalankan profesinya sehari-hari.</span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px;"><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px;"><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px;">Dikatakannya, dalam menjalankan profesinya, guru sering berhadapan dengan masalah-masalah hukum dan LKBH PGRI diharapkan dapat memberikan pembelaan kepada mereka. “LKBH bertugas memberikan advokasi kepada para guru di dataran tinggi Gayo,” ujar Ketua PGRI Aceh, Drs Ramli Rasyid MPd MSi yang juga Asisten II Pemko Banda Aceh itu.</span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px;"><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px;"><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px;">Sementara itu, Konferensi Kerja (Konferja) PGRI Kabupaten Aceh tahun 2011 yang berlangsung sehari membahas program kerja tahun 2011 dan evaluasi kerja yang sudah dilaksanakan tahun 2010.</span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px;"><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px;"><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px;">Selain itu, pada Konferja pertama ini juga dibahas isu-isu yang hangat di Kabupaten Aceh Tengah. Pada akhir Konferja I PGRI Aceh Tengah, akan disusun rekemendasi kepada Pemkab Aceh Tengah menyangkut masalah kebijakan tentang pendidikan di daerah itu. “Saya mengharapkan PGRI Aceh Tengah menjadi mitra kerja dengan pemerintah setempat terutama dalam penentuan kebijakan pendidikan di daerah ini,” ujar Ramli Rasyid.</span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px;"><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px;"><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px;">Panitia Konferja PGRI Aceh Tengah tahun 2011, Drs Arwin mengatakan, jumlah anggota PGRI Aceh Tengah saat ini mencapai 4.000 orang berasal dari Dinas Pendidikan Aceh Tengah dan Kementerian Agama Aceh Tengah.</span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16px;"><span style="font-weight: bold; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">(min)</span></span>HADI SAFRIANDAhttp://www.blogger.com/profile/01244630846519950561noreply@blogger.com0